Selasa 02 Feb 2016 14:37 WIB

Pakar: Parpol Harus Rawat Followers-nya di Media Sosial

Akun Facebook di Ponsel Pintar
Foto: VOA
Akun Facebook di Ponsel Pintar

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Media sosial (medsos) bisa menjadi sarana yang efektif bagi partai politik untuk mengenalkan program-programnya kepada kalangan anak muda dan masyarakat perkotaan. Terlebih jumlah pemilih muda di Indonesia mencapai 50 persen.

"Cara yang aman, murah dan cepat mempengaruhi anak muda adalah dengan media sosial," ujar Pakar ilmu politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro.

Ia juga memprediksi banyaknya followers partai politik di media sosial akan cukup berpengaruh terhadap preferensi pemilih pada Pemilu 2019. Syaratnya, kata Siti Zuhro, partai politik tersebut rajin merawat pendukung dengan baik.

Akhir pekan lalu, Institute for Transformation Studies (INTRANS) merilis jumlah follower partai politik di media sosial. Berdasarkan temuan INTRANS di media sosial seperti, Facebook fans, Twitter followers, Instragram followers, Google+ followers, dan YouTube subscribers, Partai Gerindra sebagai partai yang mempunyai paling banyak pengikut sebanyak 3,8 juta followers.

Selanjutnya, PDIP 1,6 juta pengikut, Partai Solidaritas Indonesia 1,1 juta. Lalu disusul Partai Hanura (555 ribu pengikut), PKS (250 ribu), Demokrat (189 ribu), PAN (143 ribu), Golkar (104 ribu), Perindo (48 ribu), NasDem (47 ribu), PPP (16 ribu) dan PKB (13 ribu).

Siti Zuhro mengingatkan, partai-partai yang mendapat banyak dukungan di media sosial harus pintar-pintar merawat dukungan dari para followernya. "Jangan menciderai dengan aib negatif partai," kata Siti.

Menurut dia, meski jumlah follower berpengaruh terhadap preferensi pemilih, mayoritas partai sepertinya kurang bisa menjaga ritme citra positif partai di media sosial dalam waktu yang lama.

Ia menyebut biasanya yang banyak merusak dan membuat negatif partai justru kader partai yang terkena korupsi atau kasus pemukulan yang rame akhir-akhir ini.

Akhirnya, kata dia, perbincangan di media sosial justru menjadi negatif dan tentu saja akan memberikan image buruk bagi partai yang menaungi kader tersebut.

"Kampanye di media sosial menjadi salah satu cara partai untuk mengenalkan program partai ke kalangan anak muda dan masyarakat perkotaan. Sebab, jumlah pemilih muda di Indonesia mencapai 50 persen," kata dia.

Namun, kata Siti, masalahnya dari jumlah itu tidak semuanya mendapat akses Internet. Hanya kalangan tertentu saja yang bisa menikmati.

Menurut Siti, cara yang paling masif dalam mengenalkan program partai adalah dengan menggunakan jaringan televisi karena langsung masuk ke rumah-rumah penduduk. Cara itu dinilai paling ampuh, tapi memang biayanya sangat mahal. "Apalagi bagi partai yang berkantong pas-pasan dan cekak," ungkap Siti.

Partai politik, kata dia, harus punya cara dan strategi memengaruhi penggiat dunia maya agar selalu membuat citra positif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement