Ahad 31 Jan 2016 12:34 WIB

DBD Renggut Nyawa Seorang Balita di Banjar

Rep: Fuji E Permana/ Red: Winda Destiana Putri
Fogging nyamuk dbd
Foto: Antara
Fogging nyamuk dbd

REPUBLIKA.CO.ID, BANJAR -- Nyamuk Aedes Aegypti penyebab Dengue Haemorrhagic Fever atau Demam Berdarah (DBD) telah merenggut nyawa seorang balita di Kota Banjar, Jawa Barat.

Meski terjadi penurunan kasus DBD dari 2015, masyarakat harus tetap waspada dari serangan nyamuk Aedes Aegypti.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjar, Oman Rohman mengatakan, sepanjang 2014 tercatat ada 104 kasus DBD. Kemudian, tahun berikutnya terjadi penurunan yang cukup signifikan. Di sepanjang 2015 tercatat ada 75 kasus DBD yang mengakibatkan satu orang meninggal dunia.

"Bulan ini sudah ada 16 kasus DBD dan satu orang anak meninggal dunia akibat DBD," kata Oman kepada Republika, Ahad (31/1).

Oman berharap, seluruh masyarakat serta pemerintah mau bekerja bersama-sama membersihkan tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk. Tujuannya, untuk mengantisipasi munculnya korban baru DBD. Ia juga telah mengusulkan agar diadakan program membersihkan sarang nyamuk secara serentak.

Seluruh masyarakat Kota Banjar tanpa terkecuali disarankan ikut membersihkan tempat yang bisa dijadikan sarang nyamuk secara serempak. Sebab, dikatakan Oman, fogging atau pengasapan hanya berfungsi untuk mengusir nyamuk saja. Sementara, telur nyamuknya akan tetap bisa menetas meski dilakukan fogging.

"Fogging adalah usaha yang harus ditindaklanjuti dengan cara membersihkan sarang nyamuk karena kalau hanya dilakukan fogging hanya akan membuat nyamuk tersebut semakin kebal saja," ujar Oman.

Sebelumnya, seorang balita bernama Silva Dwi Pralista (3 tahun) warga Sukarame, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Banjar meninggal di RSUD Kota Banjar akibat terkena DBD pada awal pekan lalu. Ibu dari Silva, Liawati (38) menjelaskan, awalnya Silva sakit sariawan disertai panas. Setelah melihat kondisi anaknya, ia langsung memeriksakan Silva ke Dokter.

Kemudian Dokter menyarankan Silva harus mendapat penanganan di RSUD. Liawati pada waktu itu mengaku sangat panik. Setelah diperiksa, dikatakan Liawati, ternyata Silvia positif terkena DBD. Anaknya tidak tertolong dan meninggal di RSUD Kota Banjar. Ia berharap, kedepannya Pemerintahan Kota Banjar lebih sigap dalam menangani kasus DBD.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement