Sabtu 30 Jan 2016 20:42 WIB

Target Kunjungan Wisman Naik 20 Persen, Menpar: Kita tak Boleh Lelet

Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Pariwisata Arief Yahya.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengungkapkan, target jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) pada 2016 mencapai 12 juta. Target kunjungan wisman itu, kata dia, naik sebesar 20 persen dibanding tahun lalu.

Guna mencapai target itu, dalam Rakornas Pariwisata yang digelar di Hotel Kempinski, Jakarta itu, Menpar menegaskan pentingnya kecepatan dari dunia pariwisata Indonesia. Bahkan, dalam pidatonya, Arief mengucapkan kata "lelet" lebih dari 10 kalin.

"Target kenaikannya, empat kali rata-rata pertumbuhan ekonomi yang hanya 5 persen. Artinya, kalau selama ini berjalan pada kecepatan 50 km/jam, harus digenjot 4 kalinya, 200 km/jam. Kalau lelet, sudah hampir pasti gagal! Ingat, hasil yang luar biasa hanya bisa diperoleh dengan cara yang tidak biasa," kata Menpar dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (30/1).

Arief mengingatkan, jika  speed  atau kecepatan tidak digenjot, maka target itu tak mungkin dicapai. Menpar sangan konsen pada capaian dan kinerja. "Pak Presiden Jokowi sudah menginstruksikan untuk deregulasi, dari 42 ribu peraturan, disederhanakan, dipangkas sampai separuhnya," tegas dia.

Doktor ekonomi Unpad Bandung ini pun menyampaikan matriks cara membuat prioritas.  Menurut dia, ada istilah hi-hi, hi-lo, lo-hi dan lo-lo. "Pilih yang high urgency-high importancy dulu, yang mendesak dan penting. Pilihan kedua, yang mendesak meskipun tidak terlalu penting. Pilihan ketiga, tidak mendesak, tapi penting. Dan terakhir yang tidak mendesak dan juga tidak terlalu penting," papar Arief.

Menpar pun menjelaskan dengan bahasa yang gamblang tentang hal yang paling mendesak itu. "Costumer utama saya ini presiden, kalau beliau memerintahkan sesuatu, saya akan tuntaskan dan semua saya tinggalkan untuk tugas itu. Sama dengan PNS kementerian, seharusnya tugas yang dibebankan menterinya wajib dikerjakan sesegera mungkin," cetusnya.

Menpar menyimpulkan tiga hal yang perlu untuk segera ditindaklanjuti. Pertama,  kata dia, Rakornas Kepariwisataan perlu terus dilakukan setiap tiga bulan, untuk melaporkan target, capaian, perkembangan terbaru dan taktik strategi ke depan.

Kedua, lanjut dia, membentuk Forum Akselerasi Pengembangan Pariwisata Indonesia yang nyambung dengan keinginan Presiden Jokowi, bahwa 2016 adalah Tahun Percepatan. Ketiga, memanfaatkan IT untuk Akselerasi Pembangunan tersebut.

Teknologi informasi, kata dia, mutlak digunakan agar tidak lagi ada batasan jarak dan waktu. Semua bisa dilakukan dengan cepat, langsung di tangan, dan bisa langsung dikerjakan dengan baik. Pemantauan juga bisa disampaikan secara live, baik gambar (foto) maupun video.

Dalam penutupan Rakornas Kepariwisataan itu, Menpar juga  menekankan pentingnya cooperation, (C ketiga dari competitive strategy, comparative strategy dan cooperation strategy itu). Ia mengingatkan, tidak semua hal bisa dilakukan sendiri. "Misalnya soal infrastruktur di kawasan destinasi? Silakan berkoordinasi ke Kemenpar, nanti kami yang follow up ke Kementerian dan Lembaga yang lain," ucapnya.

Ia juga berharap agar WIN Way --Wonderful Indonesia Way-- harus menjadi budaya di kepariwisataan. Nama generiknya adalah Corporate Cullture, seperti halnya Telkom Way, GE Way, IBM Way (Gaya IBM atau jurus IBM). WIN Way, mencakup 3S, yakni Soliditas, Speed, dan Smart, yang harus tertanam kuat di benak seluruh insan pariwisata Indonesia.  "Ingat! Persaingan itu yang cepat memakan yang lelet, bukan yang besar memakan yang kecil!" tegas Menpar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement