REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), sudah menghitung kebutuhan listrik yang diperlukan untuk menunjang operasional Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung.
Sedikitnya diperlukan daya listrik sebesar 29 ribu kVA yang nantinya akan didistribusikan ke enam stasiun di sepanjang Jakarta-Bandung. Enam stasiun tersebut, yakni Halim, Gambir (Jakarta), Karawang, Walini (Kabupaten Bandung Barat), Gedebage (Kota Bandung), dan Bandung selatan.
Deputi Manajer Komunikasi PLN Jabar Suargina mengatakan stasiun yang paling banyak memerlukan pasokan listrik adalah Gedebage dengan jumlah 15.700 kVA. Menurut Suargina, pasokan besar ini diperlukan karena di stasiun yang terletak di timur Kota Bandung ini terdapat depo dan bengkel KA cepat. Kebutuhan listrik untuk stasiun lainnya yakni Halim 6.400 kVA, Karawang 2600 kVA, Walini 2600 kVA, serta Bandung selatan 2.200 kVA.
Angka kebutuhan pasokan listrik tersebut diketahui setelah pihaknya berkoordinasi dengan pengembang KA cepat yakni PT KCIC. Nantinya, di setiap stasiun akan dibangun gardu listrik baru yang akan terhubung dengan pembangkit listrik terdekat.
"Dari gardu induk terdekat. Antara gardu dengan gardu ada instalasi internal," ujar Suargina usai bertemu Gubernur Ahmad Heryawan di Gedung Sate, belum lama ini.
Disinggung total investasi PLN untuk kebutuhan KA cepat, Suargina mengaku belum mengetahuinya. Pemenuhan listrik untuk KA cepat yang akan diintegrasikan dengan Kereta Ringan (LRT) Bandung Raya ini tidak akan mengganggu pasokan listrik untuk yang lain.
Saat ini PLN pun terus menambah kapasitas dengan dibukanya sejumlah pembangkit listrik yang baru.
"Daya dukung pasokan listrik nggak masalah, kami siap. Karena pembangunan juga terus bertahap, seperti di Jatigede. Semuanya masuk dalam program 35 ribu mw," ujarnya.
Baca juga: Tabanan Diterjang Angin Puting Beliung