Kamis 28 Jan 2016 08:56 WIB

Menelisik Perjalanan LGBT di Indonesia

Red: M Akbar
Ilustrasi kelompok LGBT
Foto:

Pada 1993, dihelat Kongres Lesbi dan Gay disingkat KLG 1, di Jogja. Dua tahun berikutnya, digelar kongres serupa. Pada 1995, KLG II diadakan di Bandung. KLG III di Bali (1997). Organisasi LGBT mulai menyeruak ke sejumlah daerah, di antaranya Surabaya, Medan, dan Ambon. Namun, pendataan jumlah pelakunya lemah.

Tak hanya organisasi dan perhelatan kongres, mereka juga menggelar pesta akbar. Dulu sangat terkenal istilah September Ceria pada 90-an. Ini adalah pesta masif pelaku LGBT yang digelar malam minggu pertama tiap September.

''Sekarang namanya gathering, khusus lesbi, ya. Sebulan sekali kita kumpul semua, semua grup. Sekali party ratusan orang. Having fun aja. Menyewa vila atau tempat sepi lah,'' demikian penuturan Amel, nama samaran, mantan pelaku lesbi.

Kembali ke perjalanan organisasi LGBT. Pada 1998, ketika sudah memasuki era reformasi, LGBT mendapatkan momentumnya. Momentum sama, awal gerbang pertama karut-marut republik ini dengan buntut diamendemennya UUD 1945. Organisasi-organisasi LGBT semakin menggurita. Mari simak laporan Dialog Nasional LGBT. 

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement