REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti berpendapat, seluruh komponen pendidikan harus bersinergis tangkal paham radikalisme.
Guru, orangtua, kepala sekolah dan jajaran birokrat pendidikan harus beriringan melawan paham radikalisme.
Retno juga menjelaskan, sosialisasi keragaman dan anti kekerasan serta radikalisme juga harus terus dilakukan. "Dengan penegasan sikap para kepala-kepala Dinas Pendidikan (Disdik)," ujar Retno kepada wartawan pada Selasa (26/1).
Di samping itu, dia juga mengatakan, masing-masing sekolah juga harus melakukan pemetaan masalah keragaman, kekerasan maupun radikalisme.
Pemetaan ini perlu diterapkan untuk menjadi dasar bagi Dinas Pendidikan dalam membuat kebijakan pendidikan. Dengan demikian diharapkan bisa mengatasi masalah kekerasan atau radikalisme dalam pendidikan.
Seperti diketahui, Kejaksaan Negeri Makassar menyita lima buah buku di Taman Kanak-kanak (TK) Pertiiwi Jalan Landak Baru karena adanya dugaan unsur paham radikal.
Kepala Seksi Inteljen Kejari Makassar Andi Fajar Anugerah Setiawan mengatakan, lima buku yang disita itu dicetak oleh Cordova di Jalan Abdullah Daeng Sirua. Fajar menjelaskan dari pengakuan guru-gurunya, buku itu sudah tidak digunakan lagi sejak 2011.
Bahkan buku itu sifatnya hanya sebagai pegangan guru dan tidak diperjual belikan kepada murid, apalagi pada tingkatan sekolah terendah seperti TK dan Sekolah Dasar (SD). Dalam buku itu berbagai kata yang merujuk ke paham radikal dimunculkan. Misalnya kata bom, granat, rela mati membela agama, laki-laki wajib bela agama dan lain-lain.