REPUBLIKA.CO.ID,Jakarta, 22/1 (Antara) - Tagar #KamiTidakTakut adalah bukti kekuatan Islam Moderat dalam membendung paham kekerasan dan aksi terorisme, kata Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta Prof Dr Bambang Pramono MA.
"Itu adalah refleksi bahwa mayoritas masyarakat dan umat memang tidak setuju dengan berbagai hal yang berkaitan dengan terorisme. Mereka bahkan berani melawan tindakan itu," katanya di Jakarta, Jumat (22/1).
Menurut Bambang, ini merupakan momentum untuk menggunakan kekuatan masyarakat guna mencegah aksi kekerasan dan terorisme di Indonesia. "Artinya masyarakat sudah semakin sadar untuk selalu mengedepankan Islam yang ramah, bukan Islam yang marah. Tentu ini positif dalam pencegahan terorisme ke depan," katanya.
Menurut Bambang, gelora positif masyarakat ini merupakan keberhasilan upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan lembaga-lembaga lainnya.
Untuk itu, ia menyarankan agar kegiatan sosialiasi pencegahan terorisme melalui dialog, workshop, serta program damai di dunia maya semakin ditingkatkan.
"Sekarang bagaimana semua lembaga yang terkait bersama masyarakat semakin masif dalam melakukan antisipasi bahaya terorisme ini dengan menyebarkan kesadaran bahwa terorisme itu adalah sesuatu yang salah," terang Rektor Universitas Mathla'ul Anwar Banten ini.
Ia mencontohkan, pascateror bom Thamrin, tidak hanya gerakan #KamiTidakTakut yang menyatukan masyarakat, tetapi banyak gerakan solidaritas di banyak kota di Indonesia. Seperti di Solo timbul gerakan "Kami orang Islam tapi kami menentang terorisme" dan penolakan pemakaman jasad tersangka bom Thamrin oleh warga kampungnya.
"Itu bukti bahwa kesadaran masyarakat itu sudah ada bahkan sangat tinggi. Tinggal bagaimana kita menjadikan dukungan itu menjadi gerakan nyata yang besar. Kalau itu bisa diwujudkan, praktis ruang gerak terorisme di Indonesia akan makin sempit," katanya.