REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- RSUD Dr Soetomo (RSDS) Surabaya menjelaskan bahwa dua pasien penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang telah dirawat intensif meninggal, terhitung dari awal Januari hingga tanggal 20 Januari 2016.
"Pasien DBD yang dirawat di RSDS Surabaya selama awal Januari hingga per tanggal 20 Januari 2015, sebanyak 25 pasien, dua di antaranya meninggal dunia," kata Kepala Instalasi Gawat Darurat RSDS Surabaya, Urip Murtedjo ketika dikonfirmasi di Surabaya, Rabu.
Ia mengatakan dua pasien yang meninggal tersebut berasal dari Madura dan Surabaya karena penderita terlambat dibawa ke rumah sakit, namun keluarga menolak jika dikatakan oleh dokter bahwa penderita terlambat dibawa ke rumah sakit.
"Untuk identitas pasien, kami tidak bisa memberikan datanya karena pihak keluarga menolak untuk mempublikasikannya. Sebagai dokter, kami pun juga harus merahasiakannya," terangnya.
Menurut dia, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pasien yang dirawat di RSDS mengalami penurunan, karena pada Januari 2015 lalu, pasien yang dirawat di RSDS sebanyak 46 orang.
"Kami berharap 25 pasien di per tanggal 20 Januari ini tidak bertambah setiap harinya. Para pasien yang dirawat berasal dari Surabaya dan pasien rujukan, seperti Madura dan lainnya," tuturnya.
Ia mengungkapkan dari kasus penyakit ini, setiap harinya ada dua hingga tiga pasien yang masuk di Intalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr Soetomo Surabaya, dan didominasi pasien anak-anak.
"Faktor cuaca menjadikan kasus yang ada mengalami penurunan, jika pada tahun 2015 intensitas hujan tinggi, sekarang ini justru merata. Penyakit DBD ini juga terjadi karena pola hidup, masyarakat harus peduli pada perilaku hidup bersih dan sehat," ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat dapat mendeteksi gejala DBD sejak dini, karena jika pasien datang sudah dalam keadaan shock, maka penanganannya sangat sulit, sedangkan apabila masyarakat mengetahui saat terserang DB segera mengambil tindakan berupa pemberian cairan dan penurun panas.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur Jumlah kasus DBD yang terjadi di awal bulan tahun ini mengalami penurunan, terlihat hanya ada 213 kasus di seluruh Jatim, dengan 7 penderita DBD meninggal.
"Jumlah tersebut berbanding jauh dengan bulan Januari 2015 lalu, yang mencapai 4.584 kasus 59 orang di antaranya meninggal dunia. Ketika Januari 2015 sebanyak 27 kabupaten/kota mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB), sedangkan tahun ini masih belum ada," papar Kepala Dinkes Jatim, dr Harsono.
Hingga tanggal 18 Januari 2016, dilaporkan kasus DBD tertinggi di Jatim adalah Kabupaten Jombang dengan jumlah kasus 41, sedangkan jumlah kematian tertinggi penyakit DBD berada di Kabupaten Sidoarjo dengan dua pasien.
"Upaya kami untuk memberantas penyakit DBD dengan mencanangkan program gerakan satu juta juru pemantau jentik (jumatik) yang artinya dalam setiap satu rumah, yang menjadi juru pemantau jentik adalah anggota keluarga itu sendiri," tandasnya.