Kamis 21 Jan 2016 00:17 WIB

Ongkos Mahal, Ribuan Siswa SMP di KBB tak Lanjutkan Pendidikan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak  harus bekerja membantu orang tua, menjadi salah satu penyebab putus sekolah/ilustrasi
Anak harus bekerja membantu orang tua, menjadi salah satu penyebab putus sekolah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Sekitar 3.000 siswa lulusan SMP dan sederajat dari total sekitar 12 ribu lulusan pada 2015 lalu tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Faktor ekonomi menjadi penyebab utama orang tua siswa enggan menyekolahkan anaknya hingga tingkat SMA.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga KBB, Agustina Piryanti, didampingi Kepala Subbag Perencanaan Program Asep Sutisna menuturkan, jika dipersentasekan, total siswa lulusan SMP yang putus jenjang pendidikan yakni mencapai 20 persen.

"Yang putus jenjang ini memang lebih banyak ketimbang putus sekolah," kata dia, Rabu (20/1).

Putus jenjang yaitu siswa yang berhenti sekolah setelah menyelesaikan satu tahap pendidikan. Sedangkan putus sekolah yakni berhenti sekolah sebelum lulus. Agustina menjelaskan, siswa yang putus jenjang pendidikan dari SMP ke SMA lebih banyak ketimbang jumlah siswa yang putus jenjang dari SD ke SMP. Menurut dia, untuk warga yang putus sekolah saat SD, ataupun ketika hendak masuk ke SD, itu tidak ada.

Agustina menyebut, salah satu faktor penyebab persoalan ini, karena banyak orang tua yang keberatan dengan ongkos yang harus ditanggung jika anaknya mengenyam SMA. Sebab, jarak dari rumah warga ke SMA atau SMK itu memang cukup jauh.

Asep menambahkan, kondisi geografis memang berpengaruh. Apalagi, ia mengakui, banyak rumah warga yang berada di daerah pelosok kampung. Sehingga, mereka sulit mengakses pendidikan SMA. Satu-satunya alat transportasi yang bisa membantu yakni tukang ojek. Namun, ongkosnya mahal. Sekali jalan, harus merogoh kocek Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement