REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Sebanyak 50 bank sampah di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dinyatakan sudah "mati suri" atau lama tidak beroperasi sebagaimana mestinya.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Banjarmasin Hamdi, di Balaikota, Selasa (19/1), menyatakan, sangat menyayangkan hingga begitu banyak bank sampah di daerahnya ini tidak beroperasi lagi.
"Dari 125 bank sampah yang ada di daerah kita ini, sangat disayangkan sebanyak 50 bank sampah telah berhenti beroprasi, ini menjadi perhatian kita bersama untuk mengupayakannya bisa dikelola masyarakat lagi," ujarnya.
Dia menuturkan, pihaknya telah menggelar kegiatan dengan pengelola bank sampah di daerah ini, untuk mendengar keluhan serta kesulitan mereka selama ini menjalankan eksistensinya.
"Memang kita dengar, ada beberapa keluhan yang disampaikan, diantaranya tempat yang tentunya memerlukan ruangan atau gudang bagi penyimpanan sampah daur ulang, selain itu masalah alat angkutan," ucapnya.
Dalam menanggapi keluhan para pengelola bank sampah ini, ungkap Hamdi, pihaknya bersedia membantu dengan menyediakan angkutan, dan pula tempat bagi penyimpanannya, di bank sampah induk yang lokasinya dekat kantor Kecamatan Banjarmasin Utara, Jalan HKSN
"Bahkan kita akan berupayakan memasarkan hasil kumpulan sampah mereka yang bernilai ekonomi itu, hingga kalau perlu kepulau jawa, bisa ke Surabaya," paparnya.
Menurut dia, semangat masyarakat dalam membentuk bank sampah sebagai salah satu upaya menanggulangi besarnya volume sampah di daerah ini patut diberi dukungan penuh dari pemerintah daerah.
"Perhatian pemerintah selama ini sudah cukup besar, tapi perlu dimaklumi mengelola bank sampah ini bukan hal yang mudah, memang banyak bakti sosialnya daripada hasilnya," tutur Hamdi.
Dari pengakuan Pengelola bank sampah Tugu Sembilan, Banua Anyar, Banjarmasin Utara, Hamdan, bahwa mengelola bank sampah yang pihaknya lakukan memang banyak kerja sosialnya, daripada mengharap imbalan besar.
Dipaparkan dia, dari sebanyak 100 nasabah bank sampah di lingkungannya, tidak seberapanya yang rajin menyetorkan tabungannya berupa sampah dari plastik dan jenis kertas atau kardus.
"Kalau bagi nasabah rumahan itu seminggunya hanya bisa terkumpul antara7-8 kilogran saja, hanya yang memiliki usaha kios atau toko yang bisa sedikit banyak sekitar 50 kilogram," paparnya.
Menurut dia, sistem pembayaran atau penarikan nilai sampah yang disimpan para nasabah bank sampahnya setiap tahun, utamanya menjelang hari Raya Idul Adha.
"Ya, ada saja yang simpanannya sampai Rp1 juta lebih nilai uangnya, bagi yang kurang raji nabung hanya sekitar Rp 300 ribu," ungkapnya.
Dia pun berharap, pemertintah daerah bisa terus memberi perhatian bagi pihaknya, di mana keluhan pengelola bank sampah diantaranya tentang gudang dan alat angkut bisa diwujudkan.
"Tapi yang utamanya itu bagaimana meningkatkan nilai jual sampah yang bisa didaur ulang kita kumpulkan ini ada jalannya, tentunya untuk membangkitkan motivasi bagi kita pengelola dan masyarakat sebagai nasabahnya," kata Hamdan.