REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tengah (Sulteng) dan anggota TNI yang tergabung dalam operasi Tinombala terus melakukan operasi pengejaran. Infiormasi terbaru, Polri dan TNI tengah mencari 38 anggota teroris jaringan Santoso yang berada di wilayah Poso Pesisir, Sulteng.
Kepala Biro Operasional (Karo Ops) Polda Sulteng, Kombes Pol Herry Rudolf Nahak mengatakan 38 daftar teroris tersebut diperoleh dari hasil operasi akhir 2015 "Dokumen 38 orang itu kita dapat ketika penemuan camp yang lalu akhir 2015 di Poso Pesisir," kata Hery Rudolf Nahak di Makodam VII/Wirabuana, Selasa (19/1).
Herry menyebutkan, untuk sementara fokus operasi masih terhadap 38 orang yang wajahnya telah diketahui. Meski demikian selain 38 orang, Polda Sulteng juga meyakini masih ada anggota teroris sebelunya yang belum berhasil ditangkap dan belum dikenali.
"Tapi yang di hutan sekarang kita antisipasi ada 38 itu, kita juga tidak tahu kalau masih ada pengikut mereka yang lain" papar Herry.
Dia mengatakan, operasi pengentasan teroris terbilang lama karena tim gabungan cukup terkendala dengan medan pegunungan Poso yang menjadi tempat persembunyian teroris jaringan Santoso. Tidak hanya itu, bantuan logistik yang terus disalurkan oleh masyarakat juga menjadi salah satu faktor jaringan teroris dapat bertahan di markas mereka.
"Masyarakat membantu karena takut. Mereka diintimidasi. Kalau masyarakat kasih tahu tempat persembunyian mereka, maka akan dibunuh. Itu kan sudah banyak contohnya," ujarnya.
Anggota jaringan teroris Santoso, Herry mengatakan, merupakan gabungan antara warga Poso dan dan juga dari warga luar Sulteng. Mereka hidup berkelompok dan berpindah-pindah. Hingga saat ini, anggota jaringan teroris Santoso mendapatkan senjata dari luar lewat jalur laut ke arah Menado.
"Polisi Sudah berhasil menangkap senjata yang masuk di Manado. Karena itu mereka melewati jalur laut ke arah Sulawesi Utara dengan kapal kecil," ujar Herry.