REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerja keras Kusrin untuk mendapatkan sertifikat SNI akhirnya berbuah manis. Pria lulusan sekolah dasar (SD) ini bisa bernapas lega karena televisi yang diproduksinya bisa beredar dengan aman di masyarakat tanpa perlu khawatir terkena razia.
Sebelumnya, pada 11 Januari 2016, ratusan televisi yang diproduksi oleh Kusrin dimusnahkan oleh Kejaksaan Negeri Karanganyar, Jawa Tengah. Hasil jerih payah Kusrin ludes tak berbekas karena industri kecil dan menengah (IKM) miliknya, yakni UD Haris Elektronika, belum mengantongi sertifikat SNI dan pendaftaran produk.
"Dalam undang–undang, produk televisi rakitan yang saya buat ternyata harus memiliki izin SNI," ujar Kusrin ketika ditemui di Kementerian Perindustrian seusai menerima sertifikat SNI, Selasa (19/1).
Kusrin mengatakan, masyarakat awam sepertinya tak mudah mendapatkan izin produksi sesuai SNI karena dia memahami undang-undang. Dia mengaku, membutuhkan waktu sekitar tujuh bulan untuk mengurus SNI dan mendaftarkan tiga merek televisi miliknya.
Untuk mendapatkan sertifikat SNI, dibutuhkan biaya sekitar Rp 20 juta, sedangkan pendaftaran untuk satu merek, Kusrin harus merogoh kocek sebesar Rp 5 juta. Sejauh ini, Kusni memiliki tiga merek televisi, yakni Veloz, Zener, dan Maxreen dengan ukuran 14 sampai 17 inci.
"Kendati begitu, saya tetap berusaha mencari informasi mengenai legalitas membuat sebuah produk televisi sejak 2011," kata Kusrin.
Pria asal Karanganyar tersebut mulai merakit televisi secara autodidak dengan membuka servis elektronik keliling dan belajar dari seorang teman selama beberapa tahun. Setelah memiliki bekal yang cukup, Kusrin membuka usaha reparasi sendiri di Karanganyar dengan nama UD Haris Elektronika.
Kusrin merakit televisi sendiri dengan menggunakan monitor bekas komputer. Namun, dia menggunakan komponen dan casing untuk televisi rakitannya dalam kondisi baru. Kusrin mengaku, mendapatkan bahan-bahan itu dari suplier dan merakitnya sendiri. Sejauh ini, produk televisi buatannya dipasarkan di sekitar wilayah Karisidenan Solo.
"Dalam satu hari, saya bisa memproduksi 150 unit televisi dan dijual dengan harga antara Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu," ujar Kusrin.