Selasa 19 Jan 2016 08:51 WIB

2020, 5 Juta Pekerjaan Manusia Diambil Alih Robot

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Ilham
staf robot di jepang
Foto: http://www.livescience.com
staf robot di jepang

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Dalam sebuah laporan di Forum Ekonomi Dunia (WEF), setidaknya lebih dari lima juta pekerjaan akan digantikan dengan robot ataupun bentuk kecerdasan buatan lainnya. Artinya, pekerjaan-pekerjaan itu akan dilakukan secara otomatis oleh robot dan tidak perlu lagi dikerjakan oleh manusia.

Bahkan, laporan tersebut menyebut, perubahan besar-besaran itu diprediksi bakal terjadi pada 2020, atau empat tahun dari sekarang. Laporan atau hasil penelitan ini dilansir WEF setelah melakukan survey terhadap 1,9 miliar pekerja dari 15 negara yang berbeda, termasuk dari Amerika Serikat, Cina, Inggris Raya, Prancis, Jerman, Italia, Meksiko, dan Japan.

Jumlah ini dianggap setara dengan 65 persen dari total tenaga kerja yang ada di dunia. Penelitian itu menyebutkan, 7,1 juta pekerjaan akan tergantikan oleh robot dan sekitar 2,1 lapangan kerja atau posisi baru akan tercipta.

Laporan penelitian itu mengungkapkan, pekerjaan-pekerjaan di belakang meja, seperti pekerjaan administratif dan pekerjaan kantoran berada dalam resiko yang besar untuk digantikan oleh robot ataupun kecerdasan buatan lainnya.

Pekerjaan-pekerjaan tersebut menempati presentase 2/3 dari pekerjaan yang akan digantikan robot. ''Pekerjaan rutin di belakang meja, seperti fungsi-fungsi administratif, akan menghadapi resiko mengalami pengurangan dan digantikan robot,'' kata Bank of England Chief Economist, Andy Haldane, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (19/1).

Tidak hanya itu, pekerja perempuan juga dianggap bakal kehilangan pekerjaannya dan digantikan robot. Hal ini lantaran rendahnya partisipasi mereka dalam pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan teknologi, ilmu pengetahuan, teknik, dan matematika.

Di sisi lain, lapangan pekerjaan dan posisi baru akan muncul di sejumlah bidang, terutama di bidang komputer, matematika, teknik, dan arsitektur.

Demi mengantisipasi kemungkinan terburuk, Andy mengungkapkan, upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan pekerja harus segera dilakukan. Hal ini harus seiring dengan perubahan teknologi, banyaknya penggangguran, dan meningkatnya ketidaksetaraan.

''Sangat penting untuk para pelaku bisnis untuk berperan aktif dalam mendukung tenaga kerja mereka melalui pelatihan kembali. Sementara untuk para pekerja, mereka bisa berinisiatif untuk bisa lebih aktif dan belajar. Sedangkan pemerintah harus menciptakan lingkungan yang mampu mendukung hal ini,'' kata Andy.

Inilah yang menjadi salah satu bahasan dalam pertemuan WEF, yang dihadiri oleh pengambil kebijakan, pakar ekonomi, dan akademisi dalam pertemuan rutin WEF di Davos, Swiss. Rencananya, pertemuan tersebut akan digelar dari 20 Januari hingga 23 Januari mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement