REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan teror di Perempatan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (18/1) lalu, dinilai dilakukan dengan matang. Terbukti mereka memilih waktu di saat pengamanan lengah.
Anggota Komisi Kepolisian Nasional Kompolnas, Hamidah Abdurahman mengatakan, hal tersebut dapat terlihat dari keputusan mereka melakukan teror di saat pihak kepolisian baru menarik pasukannya dari pengamanan Natal dan Tahun Baru 2016.
"Saya bilang ini hanya kelengahan waktu, dan tempat pemilihan Sarinah karena central dari Jakarta," kata dia, Senin (18/1).
Terkait teroris yang menjadikan pihak kepolisian sebagai target, dikatakan Abdurahman harus menjadi bahan evaluasi. Pihak kepolisian dapat melengkapi anggotanya rompi anti peluru atau menurunkan satuan yang lebih kuat seperti Brimob. Di mana mereka memiliki persenjataan yang lebih lengkap.
"Saya kira di imigrasi juga harus dibenahi. Karena Indonesia termasuk negara paling mudah dimasuki orang asing," kata dia.
Contohnya adalah para pengedar narkoba yang dapat dengan mudah masuk ke Indonesia. Harus terdapat filter atau memperketat pengamanan di pelabuhan-pelabuhan.
Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo alias Bahrun Na’im yang diduga adalah otak serangan di Starbucks Coffe, sedang berada di Suriah. Padahal dia tercatat pernah ditangkap Tim Densus 88 Anti Teror dalam kasus kepemilikan amunisi.