REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan menegaskan, ledakan bom di depan gedung Sarinah, Jakarta, bukan terjadi karena pemerintah kecolongan dan kekurangan informasi.
"Satu saya garis bawahi. Jangan ada istilah kecolongan, kami tidak pernah kecolongan karena kami dari awal sudah antisipasi dan kami sudah prediksi," ujar dia seusai menjenguk korban ledakan bom di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Jumat (15/1).
Meski telah mengantisipasi dan memprediksi, kata dia, pihaknya tidak mengetahui waktu dan lokasi aksi teror tersebut akan dilakukan. Luhut mengatakan, serangan teror di Ibu Kota terjadi karena kedodoran dari pemangku kepentingan.
"Sebelumnya juga terjadi di Paris, Mumbai, Inggris, New York, dan bisa terjadi di sini, maka kami fokus pada penyelesaian ini agar jangan kecolongan lagi," ucap dia.
Dalam kesempatan tersebut, Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti menuturkan, pelaku aksi teror tersebut berkaitan dengan Bahrun Naim yang juga termasuk dalam jaringan ISIS.
"Kami harus melakukan pengejaran terhadap siapa pun yang terkait atau terlibat di dalam kasus teror ini. Dari tadi malam di beberapa kota, kami lakukan upaya pengejaran," tutur dia.
Pelaku, kata dia, menargetkan pimpinan Polri, termasuk pimpinan Densus 88 dan anggota Polri di lapangan. Kepolisian kini, ucap dia, mengantisipasi di tempat keramaian dan menjaga keamanan objek vital. Badrodin juga mengimbau masyarakat waspada dan tidak takut berlebihan.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini meminta Presiden bergerak cepat dalam melakukan evaluasi intelijen.
"Kita kecolongan. Peristiwa seperti ini akan terus berlangsung jika kita tidak bergerak cepat. Pemerintah harus siap siaga dan mendukung warga untuk hidup damai," kata Zaini.