REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPD RI, Irman Gusman mengaku sudah memberikan peringatan terkait aksi teror di Jakarta ini, sekitar dua bulan lalu, saat berdiskusi dengan BNPT.
“Sebenarnya saya sudah mengingatkan ini dua bulan yang lalu, sewaktu saya bicara bersama DPD RI di Jakarta dan juga mengundang BNPT,” ujar Irman di kompeks parlemen Senayan, Kamis (14/1).
Peringatan yang disampaikan Irman terkait siklus terorisme yang terjadi di Indonesia. Menurutnya, siklus teror terakhir biasanya terjadi di Jakarta. Terlebih, sebelum teror di Jakarta terjadi, seolah terjadi kevakuman aksi teroris di Indonesia.
“Justru kesenyapan itulah yang harus kita menjadi hati-hati,” imbuh dia.
Meskipun sudah menyampaikan peringatan, namun Irman mengaku tetap syok mendengar peristiwa terjadi di kawasan Sarinah. Irman mewakili DPD RI mengutuk keras aksi teror dengan bom dan penembakan ini.
Menurut dia, aksi teror yang membuat panik sebagian besar rakyat Indonesia ini menunjukkan bahwa radikalisme dan ekstremisme merupakan musuh bersama masyarakat.
Irman meminta seluruh pihak menunggu hasil kerja aparat kepolisian untuk mengungkap otak di balik peristiwa teror ini. Teror ini jangan sampai membuat semua pihak saling menuding mencari kesalahan. Yang paling penting saat ini adalah mencari jalan keluar dari masalah ini.
Irman juga enggan menyalahkan Badan Intelijen Negara (BIN) akibat terjadinya aksi teror ini. Terlebih, aksi ini dilakukan kurang dari 1 kilometer jarak dengan obyek vital, Istana Presiden dan Wakil Presiden.