REPUBLIKA.CO.ID, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan Indonesia bisa menjadi contoh dan rujukan negara-negara lain. Salah satu contoh nyata terlihat dalam dunia pendidikan perempuan.
Hal itu ia disampaikan dalam Forum Kajian Ilmiah Pertama yang diselenggarakan atas kerjasama Rabithah Alawiyah dan Majelis al-Muwasholah Indonesia di Hotel Kartika Chandra, Rabu (13/1). Acara ini dihadiri sekitar 250 peserta dari kalangan akademisi, organisasi masyarakat, dan pondok pesantren.
Dalam kesempatan tersebut Anies menceritakan, perempuan Indonesia pernah mengawali pendirian program perempuan di kampus tertua dunia, Universitas al-Azhar, Cairo, Mesir. Namun, hal ini tidak pernah tercatat dalam sejarah Indonesia maupun sejarah pendidikan Islam.
Ia menjelaskan, pada 1956, Indonesia mendapat kunjungan dari rektor al-Azhar. Oleh Muhammad Natsir, yang kemudian menjadi ketua Rabithah Alawiyah, ia diajak ke Diniyah Putri Padang Panjang. Rektor al-Azhar terpukau dengan hasil pendidikan perempuan di Indonesia. Di tempat itu terdapat para perempuan yang menguasai bahasa Arab, ilmu Alquran dan hadis, serta bahasa internasional.
Sang rektor lalu mengundang pimpinan diniyah putri tersebut, Rahmah el-Yunusiyyah ke al-Azhar, pada tahun berikutnya. Di sana, ia membuka program perempuan pertama di al-Azhar. Ia juga diangkat sebagai doktor perempuan pertama dalam tradisi pendidikan Islam.
Cerita ini luput dari sejarah sejak Padang Panjang terkena isu Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Padahal, lembaga Diniyah Putri Padang Panjang telah melahirkan seorang pahlawan terkenal di bawah bimbingan Rahmah el-Yunusiyyah. Ia adalah Rasuna Said yang namanya terus dikenang hingga detik ini.
"Yang ingin saya sampaikan, kita memiliki ruang yang luar biasa untuk mewarnai. Dan tak selalu mewarnai itu nampak di depan. Perubahan 56 itu bergulir luar biasa," ujar Anies.
Menurut Anies, ada salah satu hal yang membedakan Indonesia dari negara-negara (Muslim) lain. Di negara ini, masyarakat dapat dengan mudah membedakan aturan yang berdasarkan pada adat dan pada syariat. Sebagai efeknya, para wanita di Indonesia banyak yang terdidik.