REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Para peternak sapi perah di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), menyatakan keluhannya terhadap ketersediaan pakan ternak sapi perahnya. Kondisi ini membuat mereka harus menyisihkan rata-rata setengah dari pendapatan yang mereka peroleh.
Salah seorang peternak sapi perah di Kampung Pojok Girang Desa Cikahuripan, Lembang, Denny Mahakara menuturkan, saat ini lahan rerumputan di Lembang makin sempit. Apalagi, harga tanah di Lembang pun kian mahal sehingga sulit dimiliki para peternak.
"Hitungannya bahkan sudah pakai meter, bukan tumbak lagi. Jadi kita peternak ini saingannya sama orang properti," kata dia, Selasa (12/1).
Sebab, ia mengakui, untuk menyediakan pasokan pakan berupa rumput yang banyak, memang diperlukan lahan yang luas. Rumput ini sangat baik sebagai pakan untuk sapi perah karena mengandung banyak nutrisi.
Di sisi lain, peternak harus bersaing dengan para pengusaha properti untuk bisa memiliki lahan di daerah Lembang. Dalam kondisi demikian, peternak tentu akan sulit bersaing dengan pengusaha properti itu karena besarnya modal yang mereka miliki.
Karena sedikitnya rumput yang bisa dihasilkan dari peternak, ia pun harus mengkombinasikannya dengan jerami. Padahal, jerami ini hanya berfungsi untuk mengenyangkan dan tidak memiliki kandungan nutrisi.
Kesulitan memperoleh pakan bahkan juga karena adanya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara (KBU). Sebab, perda tersebut mengamanatkan untuk tidak menebang pohon di KBU. Sebab, KBU dijadikan sebagai kawasan hutan lindung.
Akibatnya bagi para peternak, rumput-rumput menjadi sulit tumbuh karena cahaya matahari yang menyinari tanah jadi terhalang Apalagi, potensi tumbuhnya rerumputan di KBU sebetulnya tergolong besar.