Jumat 08 Jan 2016 18:34 WIB

Pabrik Kelapa Sawit di Daerah Aceh Terancam Tutup

Seorang pekerja mengecek kualitas minyak sawit mentah (CPO) di pabrik pembuatan minyak sawit.
Foto: REUTERS
Seorang pekerja mengecek kualitas minyak sawit mentah (CPO) di pabrik pembuatan minyak sawit.

REPUBLIKA.CO.ID, SUBULUSSALAM -- Satu dari tiga pabrik kelapa sawit  di Kota Subulussalam, Aceh, terancam tutup karena pasokan tanda buah segar kelapa sawit dalam beberapa bulan terakhir mulai menipis akibat hasil panen tidak maksimal.

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam, Ir Netap Ginting,  mengatakan, hasil panen petani sedang merosot hanya mencapai 900 ton per hari yang disalurkan ke tiga PKS di sana. Sementara, kebutuhan satu pabrik kelapa sawit saja idealnya 500 ton per hari dikalikan tiga pabrik menjadi 1.500 ton. Namun, yang tersedia hanya 900 ton sehingga untuk kebutuhan dua PKS saja masih tergolong kurang.

"Produksi TBS sawit sedang merosot, salah satu dari tiga pabrik kelapa sawit terancam tutup karena kekurangan pasokan bahan baku," kata Netap Ginting kepada wartawan di Subulussalam, Jumat (8/1).

Ia mengatakan, dulu kekurangan pasokan ini masih bisa dibantu sawit dari luar daerah, seperti Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Aceh Singkil, dan Sibolga serta Kabupaten Dairi, Sumatra Utara. Namun, saat ini di Abdya sudah dibangun dua pabrik kelapa sawit baru, begitu juga di Singkil terdapat dua pabrik kelapa sawit, sedangkan di Subulussalam ada dua perusahaan yang mengantongi izin, tapi belum dibangun.

Netap menilai, jika dilihat dari luas kebun kelapa sawit di Subulussalam, bisa mencukupi kebutuhan untuk ketiga pabrik kelapa sawit tersebut. Namun, yang menjadi masalah akhir-akhir ini, banyak kebun yang tidak terawat pascaharga anjlok pertengahan tahun 2015. Akibatnya, berdampak pada hasil panen yang merosot tajam.

Untuk menyelamatkan pabrik tersebut, Netap Ginting menyarakan perusahaan membangun pola kemitraan dengan petani dengan cara memberikan bantuan biaya perawatan dan pupuk untuk mengingkatkan produksi buah sawit yang berkualitas. "Ada sekitar 30 ribu hektare kebun sawit yang sudah berproduksi apabila dirawat dengan baik, tapi ke tiga pabrik tidak sanggup mengolah hasil panen petani karena tidak terawat sehingga kebutuhan bahan baku tidak cukup. Ini berpotensi salah satu PKS bisa bangkrut," kata mantan anggota DPRK Subulussalam ini.

Ia menambahkan, harga TBS saat ini di RPP Singkohor Singkil Rp 1.300 per kilogram (kg), PT Global Sawit Semesta (GSS) Rp 1.250 per kg, PT Samudera Sawit Nabati (SSN) Rp 1.210 per kg, PT Bangun Sempurna Lestari (BSL) Rp 1.250 per kg, dan Astra Rp 1.290 per kg. Sementara, harga di tingkat petani berkisar antara Rp 1.050-1.100 per kg.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement