Kamis 07 Jan 2016 17:07 WIB

Selama Tiga Bulan, Ada 65 Kasus DBD di Indramayu

Rep: Lilis Handayani/ Red: Andi Nur Aminah
 Seorang petugas melakukan pengasapan (fogging) untuk membasmi nyamuk demam berdarah.
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Seorang petugas melakukan pengasapan (fogging) untuk membasmi nyamuk demam berdarah.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Dirut RSUD Indramayu, Deden Boni Koswara mengakui jumlah demam berdarah dengue (DBD) di Indramayu meningkat. Terhitung selama kurun waktu tuga bulan, sejak Oktober 2015 hingga Januari 2016, pasien DBD yang dirawat di RSUD Indramayu mencapai  65 pasien. 

Dari jumlah itu, pasien yang meninggal mencapai lima orang. Dua orang meninggal di ruang perawatan anak dan tiga orang meninggal di ruang ICU.

"Pasien DBD memang mayoritas anak-anak karena daya tahan tubuhnya lebih rendah dibandingkan orang dewasa," terang Deden, Kamis (7/1).

Kabid Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Sri Nafsiah membenarkan membludaknya kasus DBD tersebut. Nafsiah menyebutkan, kasus DBD yang terjadi sepanjang 2014 mencapai 318 kasus, dengan korban meninggal mencapai 17 orang. Sedangkan sepanjang 2015, jumlah kasus mencapai 614 kasus dengan korban meninggal 31 orang.

(Baca Juga: Kasus DBD Membludak, Pasien Dirawat di Selasar UGD Rumah Sakit).

Peningkatan kasus tersebut terutama terjadi mulai November hingga Maret, yakni saat musim penghujan. "Kasus DBD memang naik, tapi belum ditetapkan sebagai status kejadian luar biasa (KLB)," kaya Nafsiah, didampingi Kasi, Agus Rohani.

Nafsiah mengatakan, untuk mengatasi lonjakan kasus DBD, pihaknya telah melakukan fogging (pengasapan) di sejumlah lokasi. Salah satunya di Desa Kalianyar, Kecamatan Krangkeng.

Di Desa Kalianyar, dilaporkan ada empat warganya yang meninggal karena DBD. "Tapi sebenarnya DBD tidak bisa selesai hanya dengan fogging," tegas Nafsiah.

Nafsiah menjelaskan, fogging hanya bisa membunuh nyamuk dewasa dan tidak bisa membunuh jentik nyamuk. Dia menilai, upaya yang efektif untuk memberantas DBD semestinya dengan melakukan pembersihan sarang nyamuk (PSN) oleh masyarakat.

Dia berharap, seluruh lapisan masyarakat memahami dan melaksanakan PSN. Yakni dengan gerakan 3M (menguras, menutup, mengubur) benda-benda yang bisa menampung air. Pasalnya, benda-benda tersebut menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti.

"Jadi yang lebih penting untuk memberantas DBD adalah perubahan perilaku masyarakat untuk lebih peduli membersihkan lingkungannya masing-masing," tandas Nafsiah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement