REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -— Pelaksanaan imunisasi di Kota Solo memperoleh nilai merah. Soalnya, pemberian suntikan untuk membangun kekebalan tubuh anak sejak dini tidak berjalan maksimal. Banyak warga yang menolak pemberian vaksin.
"Kegiatan imunisasi di sini mendapat rapor merah. Sekarang ini saja, gejala penolakan imunisasi semakin marak," kata Efi Setyowati Pertiwi, Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Solo, Kamis (7/1).
Banyak masyarakat yang enggan divaksin lantaran tidak adanya jaminan halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Efi tak merinci detail angka orangtua yang menolak melakukan imunisasi anaknya. Ia hanya menyebut, jumlah warga yang menolak imunisasi semakin banyak.
Menurut Efi, beberapa faktor yang menyebabkan semakin merosot partisipasi warga untuk imunisasi. Diantaranya, karena belum adanya jaminan sertifikat halal vaksin dari MUI. Juga faktor kesibukan orangtua, serta ketidak-percayaan sejumlah orangtua pada fasilitas kesehatan gratis yang disediakan pemerintah.
Menurutnya, ada beberapa orangtua, atau sekolah berbasis agama yang tidak mengizinkan imunisasi di sekolah. Ada juga orangtua yang kurang mantap anak mendapat imunisasi di Puskesmas. Dokter pribadi metode penyimpanan vaksin masih dipertanyakan. Sedang di Puskesmas atau yang disediakan pemerintah sudah terjamin aman.
Menurut Efi, pemberian vaksin secara berkala sesuai jadwal kepada anak-anak bisa meminimalkan risiko penyakit. Vaksin ini, kata dia, penting untuk mengurangi penularan penyakit kepada orang lain. Fungsinya, juga untuk menekan risiko lain. Seperti, komplikasi hingga kematian pada beberapa kasus yang berat.
Program Manager Ronald McDonald House Charities Peduli Jawa-Bali-Lombok, Eliza Permata Sari, menambahkan, faktor lain yang membuat imunisasi tak diminati, stigma yang kadung berkembang soal dampak pemberian vaksin yang tak jarang menimbulkan efek samping. Salah satunya, demam. Selain itu, umumnya anak-anak usia sekolah dasar juga takut diajak imunisasi.
"Anak-anak sering punya bayangan imunisasi menakutkan. Tapi, pada program jemput bola ini, kami memberikan inovasi imunisasi yang menyenangkan bagi anak-anak. Dengan diajak naik bus, naik balon, dan ada maskot yang lucu-lucu," ujarnya.