Kamis 07 Jan 2016 08:41 WIB

Menyongsong 2016 dengan Semangat Keuangan Keluarga Indonesia

Red: M Akbar
ilustrasi merencanakan 2016
Foto:

Selanjutnya, para lembaga keuangan syariah (LKS) diharapkan untuk lebih pandai berinovasi dari segi kenyamanan produk dan pelayanan untuk menambah loyalitas nasabah ataupun menggerakkan arus nasabah dari yang hanya tahu syariah, naik kelas hingga mau bersyariah.

Tambahan, para nasabah sudah memiliki tingkat melek keuangan (financial literacy) peringkat dasar yang makin tinggi dan saat ini mereka sangat peka terhadap terhadap esensi syariah. Maka dari itu, kesesuaian syariah harus makin diperjelas dan diperdalam. Jika tidak, nasabah yang hanya menggunakan logika ketika mencerna perilaku LKS akan kecewa dan tidak segan untuk putar haluan kembali ke konvensional.

Walaupun demikian, banyak keluarga masih bingung bagaimana meletakkan dananya dalam berbagai bentuk investasi, mengikuti nasihat klasik para perencana keuangan:"do not put your eggs into one basket".

Maka dari itu, para LKS harus dibantu oleh segenap struktur pendukung untuk lebih dapat menggapai masyarakat, terutama yang berkarya dan bertempat tinggal di luar negeri. Minat para ekspatriat di kelas menengah untuk berinvestasi di Tanah Air sendiri masih sangat dominan. Tidak kalah penting, edukasi tentang teknis pengelolaan keuangan keluarga syariah perlu terus ditingkatkan.

Satu hal yang dapat menjadi perhatian pada 2016 adalah para LKS sebaiknya memperhatikan minat nasabah/calon nasabah yang ingin membuka rekening atau berinvestasi dari luar negeri. Kebijakan membuka rekening baru, baik itu rekening bank maupun rekening takaful, masih belum memberikan fleksibilitas.

Ini disebabkan KYC (Know Your Customer) menjadi salah satu regulasi keuangan. Jika membuka cabang luar negeri memakan biaya tinggi, mungkin dapat disiasati dengan bersinergi dengan lembaga keuangan syariah di luar negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement