REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ratusan mahasiswa asing di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta antusias mengikuti lomba masak tahu dan tempe pada Selasa (5/1). Ini merupakan salah satu gelaran acara 6th International Day yang digelar Kantor Urusan Internasional (KUI) UAD.
Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Rektor UAD Kasiyarno. Selain lomba masak tempe dan tahu, acara tersebut juga memamerkan hasil masakan kuliner khas negara asal mahasiswa asing di UAD. Acara ini juga menampilkan beberapa tarian dan nyanyian karya mahasiswa tersebut.
Mahasiswa asing yang berkuliah di UAD ini berasal dari Cina, Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Timor Leste, Yaman, dan Ukraina.
Menurut Kepala KUI UAD, Ida Puspita, UAD merupakan perguruan tinggi swasta di Yogyakarta yang memiliki mahasiswa asing paling banyak. Hingga akhir 2015 saja, jumlah mahasiswa asing yang menempuh kuliah di UAD sebanyak 207 orang. Sebagian besar merupakan mahasiswa dari Cina, Thailand dan Malaysia.
"Dari jumlah itu mahasiswa barunya sebanyak 170 orang yang diterima pada 2015 lalu," katanya.
Mahasiswa asing yang baru in juga sebagian besar dari Cina. Para mahasiswa asing ini mengikuti beberapa program perkuliahan yang digelar di UAD bekerja sama dengan perguruan tinggi asal mahasiswa yang bersangkutan.
Program tersebut antara lain 2 plus 2 atau dua tahun di UAD dan dua tahun di perguruan ttinggi asal; 3 plus 1; student exchange satu semester; dan ada yang mahasiswa reguler murni. Program studi yang banyak dipilih mahasiswa asing di UAD adalah Bahasa dan Sastra Indonesia serta Ekonomi.
"Sebelum diberlakukannya MEA, minat mahasiswa asing ke UAD sudah tinggi dan ke depan kita harap semakin meningkat," katanya.
Dalam international day tersebut, UAD juga mengundang beberapa perguruan tinggi yang memiliki KUI.
Rektor UAD, Kasiyarno cukup berbangga dengan keberadaan mahasiswa asing yang semakin banyak di UAD. "Ini membuktikan bahwa UAD telah menjadi pilihan mahasiswa asing berkuliah di Indonesia," katanya.
Keberadaan mahasiswa asing di UAD ini diharapkan bisa memberikan nilai positif yang baik bagi mahasiswa setempat. Selain membuka wawasan global, keberadaan mereka juga bisa mengajarkan budaya dan perilaku global untuk beradaptasi bersama mahasiswa setempat.