Kamis 31 Dec 2015 10:44 WIB

'Belum Ada Perhatian Pemerintah untuk Nelayan Tradisional'

Rep: Lilis Handayani/ Red: Angga Indrawan
Sejumlah perahu nelayan berpawai memeriahkan Puncak Peringatan Hari Nusantara ke-15 di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo, Banda Aceh, Aceh, Ahad (13/12).  (Antara/Akbar Nugroho Gumay)
Sejumlah perahu nelayan berpawai memeriahkan Puncak Peringatan Hari Nusantara ke-15 di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo, Banda Aceh, Aceh, Ahad (13/12). (Antara/Akbar Nugroho Gumay)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Memasuki akhir 2015, nasib nelayan tradisional di Kabupaten Indramayu dinilai masih terpuruk. Mereka pun mengeluhkan tidak adanya perhatian pemerintah.

"Peran pemerintah untuk nelayan tradisional, belum ada," ujar Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT), Kajidin kepada Republika.co.id, Kamis (31/12).

Kajidin mencontohkan, akibat gelombang tinggi yang dikenal dengan istilah musim baratan dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah nelayan tradisional mengalami kecelakaan di laut. Bahkan, sejumlah nelayan hingga kini masih dinyatakan hilang.

Hal itu seperti yang dialami nelayan Indramayu saat melaut di perairan Karawang menggunakan KM Tawakal pada 14 Desember 2015. Gelombang tinggi menenggelamkan kapal yang berisi tujuh orang nelayan tersebut.

Dari tujuh orang itu, ada tiga nelayan yang hilang dihempas gelombang. Sedangkan empat nelayan lainnya, berhasil diselamatkan oleh nelayan di sekitar perairan Krimun, Jepara, Jawa Tengah.  

Surat Menkum HAM Disebut Kado Akhir Tahun untuk Golkar Bersatu

"Saat nelayan terkena musibah seperti itu, di mana pemerintah?" tutur Kajidin.

Selain itu, lanjut Kajidin, saat musim baratan, nelayan tradisional pun mengalami paceklik. Mereka tidak bisa melaut karena takut dihempas gelombang tinggi.

"Saat nelayan paceklik seperti ini, tidak ada bantuan dari pemerintah," tutur Kajidin. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement