Selasa 22 Dec 2015 20:05 WIB

Kasus DBD di Kabupaten Kudus Meningkat

Pasien demam berdarah dirawat di rumah sakit
Foto: Edy Yusuf/Republika
Pasien demam berdarah dirawat di rumah sakit

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, selama Januari-Desember 2015 tercatat sebanyak 600 kasus atau meningkat dibanding tahun sebelumnya hanya 438 kasus.

"Bahkan, selama empat tahun terakhir, kasus tertinggi merupakan tahun ini karena pada 2013 tercatat hanya 501 kasus dan 2012 hanya 360 kasus," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus Maryata melalui Kasi Pencegahan Penyakit dan Kejadian Luar Biasa (KLB) Subiyono di Kudus, Selasa (22/12).

Ia mengatakan, kasus DBD mengalami lonjakan yang cukup radikal terjadi pada awal tahun dan mengalami penurunan pada masuk awal semester dua Mei-Juni 2015.

Pada awal 2015, kata dia, kasus yang muncul mencapai 112 kasus, kemudian Februari 2015 meningkat menjadi 117 kasus, kemudian turun menjadi 62 kasus, sedangkan April 2015 naik menjadi 106 kasus dan bulan berikutnya hingga Desember 2015 mengalami penurunan. Meskipun kasus DBD meningkat, kata dia, kasus pasien DBD meninggal tercatat hanya 17 kejadian.

Kasus kematian DBD, kata dia, terjadi sepanjang bulan pada semester I tahun 2015 dan tidak terjadi pada bulan-bulan di semester II.

Berdasarkan data dari masing-masing Puskesmas, lanjut dia, temuan kasus DBD terbanyak terjadi di wilayah Puskesmas Kaliwungu sebanyak 73 kasus, sedangkan Puskesmas lainnya berkisar antara 14-45 kasus.

Tingginya temuan kasus DBD di Kaliwungu, salah satunya diduga karena banyaknya industri yang menjadi tempat berkumpulnya banyak orang. "Ketika salah satu orang terserang DBD, biasanya mudah menular ke warga lainnya," ujarnya.

Meskipun demikian, kata dia, masih banyak faktor lain yang bisa memicu banyaknya kasus DBD di daerah tertentu. Upaya pencegahan penyebaran penyakit DBD, lanjut dia, sudah berulang kali dilakukan, termasuk adanya gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara pengurasan bak mandi atau penampungan air, menutup bak penampung air, dan mengubur barang bekas yang berpotensi menampung air hujan agar tidak dijadikan tempat untuk berkembang biak jentik nyamuk yang dimungkinkan membawa virus DBD.

Langkah tersebut, kata dia, dinilai sebagai langkah paling efektif dalam memberantas jentik nyamuk, mengingat upaya pengasapan hanya membasmi nyamuk dewasa. "Untuk menggalakkan PSN harus didukung masyarakat secara menyeluruh dan tidak bisa hanya mengandalkan wilayah tertentu," ujarnya.

Ia berharap, ada dukungan dari jajaran pemerintah mulai dari tingkat kecamatan hingga desa untuk menggerakkan masyarakat memerangi DBD. Selain itu, kata dia, penanaman tanaman bunga lavendel dengan media pot bunga juga perlu digalakkan karena bisa mengusir nyamuk di dalam rumah.

Nyamuk aedes aegypti pembawa virus DBD, kata dia, cenderung senang berada di dalam ruangan, sehingga ketika ada bunga levendel di dalam rumah, nyamuk akan pergi. "Hindari kebiasaan menanggalkan pakaian di pintu atau gantungan pakaian setelah dipakai karena bau keringat yang menempel di pakaian disenangi nyamuk," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement