REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Menghadapi cuaca ekstrem di perairan Selat Sunda rute Pelabuhan Bakauheni (Lampung) - Merak (Banten), PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (IF) menyiagakan dua kapal tug boat di dua pelabuhan tersebut, Senin (21/12).
Kapal tug boat ini, berfungsi untuk menarik kapal feri roll on roll off (roro) yang terbawa arus atau sulit sandar di dermaga. "Kami sudah siapkan kapal tug boat, bila ada kapal yang terdampar atau terbawa arus," kata Manajer Operasional PT ASDP-IF Bakauheni Lampung, Heru Purwanto.
Ia menyatakan sampai saat ini belum ada kapal feri yang mengalami hambatan dalam pelayaran di Selat Sunda, meski gelombang sekarang sedang tinggi, akibat angin kencang disertai hujan, dan arus kencang bawah laut.
Selama cuaca ekstrem melanda kawasan perairan Selat Sunda, ASDP mengoperasikan kapal feri dengan lambung besar. Kapal-kapal berlambung besar ini dapat mengatasi gelombang laut tinggi dan arus kencang bawah laut. Sehingga, kemungkinan kapal feri terdampat atau terbawa arus sangat kecil.
Gelombang tinggi masih terjadi saat kapal feri melintas di perairan Selat Sunda, Ahad (20/12) malam. Waktu pelayaran kapal feri yang membawa kendaraan dan penumpang pejalan kaki dari Pelabuhan Merak menuju Bakauheni, menjadi molor sampai lima jam. Biasanya, pada cuaca normal, penyeberangan kapal feri hanya membutuhkan waktu 2,5 sampai tiga jam.
Menurut Merry, warga kota Bandar Lampung, yang berlibur ke Bandung menggunakan mobil, menuturkan perjalanan dari Merak ke Bakauheni terhambat karena gelombang tinggi lebih dari dua meter.
"Kami menyeberang semalam (Ahad, 20/12) sampai lima jam. Gelombang tinggi sampai tiga meter. Biasanya paling lama tiga jam sudah di dermaga," katanya.