REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kota Cirebon, Jawa Barat, masuk dalam peta rawan konflik perbedaan agama menjelang perayaan Natal yang berdekatan dengan perayaan hari besar umat Islam Maulid Nabi Muhammad SAW yang hanya terpaut sehari yakni 24 dan 25 Desember 2015.
Direktur The Islah Center Mujahidin Nur mengatakan, Cirebon masuk dalam wilayah yang rawan konflik sosial menjelang dua perayaan dari dua agama di Indonesia yakni Islam dan Kristen. "Sebagai bagian dari Indonesia, wilayah III Cirebon merupakan cerminan dari keragaman yang menggambarkan Indonesia," katanya di Jakarta, Senin (21/12).
Kemajemukan di wilayah itu meliputi berbagai macam agama, keyakinan, paham, suku, bahasa, etnis, budaya, dan lain sebagainya menjadikan Cirebon sebagai daerah yang terbilang rentan konflik. Oleh karena itu pihaknya mendorong agar semakin ditumbuhkannya toleransi antarumat beragama dan keyakinan yang tinggi di Cirebon dan sekitarnya.
"Toleransi yang selama ini tercipta hendaknya terus dipertahankan dan diupayakan untuk ditingkatkan. Benih-benih kebencian atas nama apapun, hendaknya kita antisipasi dan buang jauh-jauh dari pikiran dan prasangka kita," katanya.
Ia mengajak semua pihak untuk mengingat kembali sejarah Cirebon di mana seorang tokoh terkemuka bernama Sunan Gunungjati atau Syekh Syarif Hidayatullah sebagai pendiri Cirebon, telah menegaskan komitmennya terhadap keragaman agama dan keyakinan di Cirebon.
Menurut Mujahidin, berbagai peninggalan sejarah telah menggambarkan betapa besar penghargaan dan penghormatan Syekh Syarif terhadap keyakinan dan budaya yang lain. Untuk itu, pihaknya menginisiasi dan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di Cirebon untuk membentuk forum kerukunan umat beragama dan keyakinan di antaranya Forum Sabtuan (forum lintas iman) yang didirikan di penghujung 2000 dan Pelita (pemuda lintas iman) yang dihadirkan pada 2011 untuk menjaga toleransi tetap baik di Cirebon.
"Dalam perkembangannya dua organisasi informal ini, telah berhasil menjadi jembatan dan wadah komunikasi antarpemeluk agama dan keyakinan di Cirebon. Sehingga bisa dipastikan selama beberapa tahun ini, tidak pernah muncul isu kekerasan atau konflik antaragama di Cirebon," kata Mujahidin.
Hal serupa, ia harapkan, terjadi pada tahun ini ketika dua hari raya dari dua agama yang berbeda dirayakan dalam waktu yang berdekatan.