REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- ‘Terdepaknya’ Kabupaten Semarang dari kalender agenda kebudayaan dan pariwisata Jawa Tengah tahun 2016 menuai kritikan dari para pegiat budaya yang ada di daerah ini.
Sejumlah insan budaya di Kabupaten Semarang menuding, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang tak becus dalam mengelola potensi budaya dan pariwisata di daerahnya. Pun demikian para pegiat seni di daerah ini yang menyebut Pemkab Semarang ‘setengah hati’ dalam membesarkan kesenian asli yang memiliki potensi besar bagi khasanah kebudayaan Jawa Tengah.
"Terus terang, --selaku pegiat seni—kami merasa ‘ora diuwongke’ dengan situasi seperti ini," ungkap Sarwoto Ndower (46), salah satu pegiat seni Kabupaten Semarang, di Ungaran, Jumat (18/12).
Menurutnya, Kabupaten Semarang memiliki 19 kecamatan yang memiliki keragaman seni tradisional khas. Seperti kesenian jaran eblek, prajuritan, reog hingga tari kesenian tari putri ayu.
Belum lagi wisata religi serta ragam kuliner yang berpotensi memperkuat khasanah kepariwisataan di Jawa Tengah. Baginya ini persoalan serius, karena pemerintah dan SKPD terkait tidak memiliki kepekaan dalam memartabatkan kesenian.
“Makanya tidak mengherankan jika para pelaku seni sekarang tempat manggungnya cuma di perempatan jalan yang ada di lampu merahnya,” tegas pelaku seni sekaligus pelawak ini.
Sebelumnya, perihal terdepaknya Kabupaten Semarang dari agenda budaya dan pariwisata di Jawa Tengah ini dilontarkan oleh Ketua Dewan Kesenian Kabupaten (DKK) Semarang, Eko Herry Subeno.
Ia mengaku telah mencermati konten E-Book Calender of Events Jawa Tengah 2016 yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. Dari kelender budaya dan pariwisata ini Kabupaten Semarang tak tercantum.
Padahal menurutnya, potensi pariwisata di Kabupaten Semarang selama ini sangat besar, tak terkecuali pula kegiatan warisan kebudayaan seperti pertunjukan seni maupun pegelaran budaya lainnya.
Herry yang dikonfirmasi mengaku Disporapar ataupun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang tidak memiliki keseriusan untuk memajukan kebudayaan dan pariwisata di wilayahnya.
“Wisata itu tidak hanya berkaitan objek wisata, tetapi juga aspek lainnya seperti kebudayaan, kesenian, kuliner, religi, hingga lainnya,” tegasnya.
Yang membuatnya kecewa, tidak ada satupun keragaman budaya dan potensi wisata yang mencantumkan Kabupaten Semarang. “Apa artinya potensi yang lengkap dan besar hanya sebatas konsumsi internal,” tegasnya.
Menurutnya, ini merupakan sebuah kemunduran bahkan ‘lonceng kematian’ bagi kebudayaan dan potensi wisata yang ada di Kabupaten Semarang.
Sebab sejauh ini potensi wisata dan kebudayaan yang dimiliki Kabupaten Semarang selalu mewarnai kalender budaya dan wisata Jawa Tengah. “Ini ada apa, dan siapa yang harus bertanggungjawab,” tegasnya.