REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Budayawan Sujiwo Tejo menilai, DPRD akan kembali mengulang kesalahan kasus Setya Novanto. Pasalnya sidang terhadap Setya Novanto tampak dilakukan dengan etika yang tidak baik. Bahkan seperti telah dirancang dengan sedemikian rupa sehingga hasil akhirnya seperti sekarang.
"Penggantianya secara tidak hormat, dengan penuh cengengesan, dengan penuh dendam dan arogansi seperti sidang-sidang itu. Pasti akan mengulang lagi kesalahan yang dilakukan oleh Setya Novanto," ujar Sujiwo saat ditemui di Sahid Rich Hotel, Kamis (17/12).
Menurutnya hidup ibarat pergantian generasi. Orang tua mengganti kakek dan nenek. Kita mengganti orang tua. Jika proses pergantian tidka dilakukan dengan etika yang baik, maka hasilnya hanya akan menghasilkan akhir yang buruk. Di mana generasi setelahnya akan mengulang kesalahan generasi sebelumnya.
Ia bahkan meyakini, setelah penggantian Setya pun akan terjadi kegaduhan di dalam parlemen sendiri. "Parlemen dan istana akan gaduh. Dipergaduh lagi dengan suara-suara dari gedung bundar kejaksaan," ujarnya.
Pemilihan pengganti Setya Novanto sendiri tidak akan berjalan secara sederhana. Karena banyak pihak (partai) yang berebut kekuasaan.
Ditambah adanya dendam lama dari pemenang Pemilu yang ternyata tidak mendapat kursi pimpinan DPR. Kondisi tersebut akan membuat orang-orang di DPR saling menjatuhkan.
Selain itu, Sujiwo menambahkan, hingga saat ini Setya Novanto belum mengaku bersalah pada publik. Hal ini yang kemungkinan ke depan akan memunculkan potensi bela diri dari Setya melalui pengacaranya.
"Ini akan menjadi pemicu serangan-serangan dari para pengacara Setya Novanto, bahwa terjadi juga pencemaran nama baik," tuturnya.
Sujiwo sendiri berharap pergantian Ketua DPR dapat dilakukan dengan etika yang baik. Sehingga bisa menghasilkan pengganti Setya yang baik pula. Namun melihat kondisi sekarang yang penuh intrik, Sujiwo mengaku pesimis DPR tidak akan kembali mengulang kesalahannya. Maka itu ia berpesan pada masyarakat agar selektif dalam memandang isu politik.
"Pesan saya pada masyarakat, jangan terlalu percaya dengan apa yang tampak di permukaan. Karena di belakangnya belum tentu seperti itu," katanya.
Sebab ada orang-orang dengan berbagai kepentingan yang menjadi dalang kekisruhan politik negara.