Selasa 15 Dec 2015 21:52 WIB

Kisah Pimpinan KPK, Mulai dari Kasus Favorit Sampai Liburan Bersama Cucu

Rep: c20/ Red: Muhammad Hafil
KPK
KPK

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan segera berganti pimpinan. Dua, komisioner KPK Adnan Pandu Praja dan Zulkarnain yang saat ini bertugas pun akan segera mengakhiri tugasnya bersama tiga komisioner yakni Taufiqurahman Ruki, Indriyanto Seno Adji dan Johan Budi SP. 

Ada cerita dan keinginan tersendiri dari dua komisioner yang akan segera mengakhiri tugasnya esok hari. Adnan Pandu Praja, komisioner yang memulai kiprahnya sebagai advokat ini telah bekerja sejak tahun 2011. Adnan mengaku memiliki kasus favorit tersendiri selama ia menjabat sebagai pimpinan KPK selama empat tahun. 

Pimpinan KPK bidang pencegahan itu mengaku sangat tertarik dengan persoalan korupsi yang menjerat mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar. "Yang paling menarik selama saya tugas di KPK adalah kasus Akil Mochtar," kata Adnan, Selasa (15/12).

Menurut dia, ketertarikannya pada kasus Akil antaran yang bersangkutan merupakan pimpinan lembaga hukum negara yang mendapat hukuman paling berat selama berdirinya KPK. "Karena dia Ketua MK. Kedua, hukumannya yang diterima juga seumur hidup," ujar Adnan

Kasus tersebut, kata dia, juga berkembang sampai ke mana-mana. Dan sampai sekarang kasusnya masih terus berkembang. Akil Mochtar ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK setelah tertangkap tangan petugas sedang melakukan transaksi suap terkait penanganan gugatan sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK). Dalam perkembanganya, kasus ini juga kemudian menjerat nama-nama tenar lainnya seperti Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dan adiknya, Tubagus Chaeri Wardana.

Sementara itu, Wakil Ketua KPK, Zulkarnain tidak memiliki kasus favorit selama bertugas. Ia mengaku lebih memilih beristirahat setelah habis masa tugasnya.  "Saya mau rileks dulu, main-main sama cucu dulu, liburan dulu," kata Zulkarnain. 

Ia pun berniat untuk mengajar. Pengalaman berkarir sebagai jaksa dan kemudian menjadi pimpinan KPK, kata dia, dapat menjadi bekal berharga untuk dibagi kepada para muridnya.

"Ngajar birokrasi saya juga bisa barangkali. Saya juga berlatar belakang penegak hukum, saya juga dari birokrasi," ujarnya. 

Hal terpenting, lanjut dia, ingin memberikan edukasi terutama yang berkaitan dengan anti korupsi serta kiat-kiat terhindar dari risiko itu. "Saya kan sudah berlatar belakang itu. Kunci utamanya selain kompetensi juga integritas," ujarnya.

Keinginannya untuk menjadi pengajar bukan lantaran tanpa alasan. Pria yang pernah menjadi staf ahli Jaksa Agung itu sangat miris dengan para akademis yang berpendidikan tinggi. Selama menjadi pimpinan KPK, lanjut dia, para koruptor sebagian besar berpendidikan tinggi.

"Saya merasa sedih karena melihat kenyataan pelaku korupsi itu adalah orang berpendidikan tinggi dan tingkat ekonominya juga tinggi," kata Zulkarnain.  Kini, keduanya telah berkemas dan siap meninggalkan Gedung KPK. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement