REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Bonus Demografi dapat menghasilkan upaya positif jika pemanfaat sumber daya alam manusia terkelola dengan baik.
Badan Nasional Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berupaya meminimalkan dampak dari dinamika kependudukan.
Bonus demografi merupkana keadaan penduduk dengan umur produktif sangat besar, sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak.
Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty mengatakan, Indonesia diprediksi akan memasuki puncak bonus demografi pada tahun 2028-2031.
"Bonus demografi dapat menjadi nilai positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan suatu bangsa," ujar Surya saat memberikan kuliah umum di UIN Ar Raniry Banda Aceh, Sabtu (12/12).
Dalam menuju puncak bonus demografi, ada pilihan dilematis yang bisa didapatkan Indonesia. Jika Indonesia dapat memanfaatkannya maka kemajuan akan tercapai, sedangkan jika sebaliknya maka Indonesia hatus bersiap dengan risiko pengangguran melimpah.
Ia menjelaskan, dinamika kependudukan yang padat dengan dampak negatif dikarenakan faktor penyebab. Terdapat empat penyebab yang bisa menjadi bumerang menuju bonus demografi, yaitu terlalu muda melahirkan, terlalu tua melahirkan atau lebih dari 35 tahun, terlalu rapat dalam melahirkan yang harusnya minimal 3 tahun jarak kelahiran, serta terlalu banyak anak.
Melihat dari dampak negatif yang bisa diberikan, dinamika kependudukan harus diatur dengan baik. Surya menganjurkan agar keluarga Indonesia merencanakan kelahiran, seperti memprogram memiliki dua anak.
Terlebih lagi jika program dua anak itu dengan membuat anak berkualitas. Caranya bisa dengan keberjaminan sistem kesehatan orang tua, memperhatikan kehamilan, serta melakukan inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif enam bulan.