Jumat 11 Dec 2015 22:56 WIB

Nur Mahmudi: Pola Makan Sebabkan Obesitas

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail.
Foto: Antara
Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Ismail mengatakan pola makan yang salah sebagai salah satu penyebab terjadinya obesitas. Apalagi saat ini, ucap dia telah terjadi pola makan di Indonesia.

Terutama sejak tahun 1970 telah terjadi distorsi dan perubahan selera makan masyarakat. "Harus lebih memperhatikan masalah kesehatan dalam mengonsumsi aneka pangan sehari-hari agar terhindar penyakit degeneratif dan terjadinya obesitas," ucap dia.

Nur Mahmudi sebagai penggagas One Day No Rice (ODNR) di lingkungan Balaikota Depok ini menuturkan ketergantungan terhadap tepung terigu dalam setiap bahan baku pangan harus mulai dikurangi agar dapat asupan panganan sehat. "Tepung terigu dapat diganti dengan tepung singkong tanpa mengurangi kualitas rasa," tuturnya.

Kasubdit Penganekaragaman Pangan Badan Ketahanan Nasional, Tati Kartika yang tampil sebagai pembicara diskusi di acara Festival Singkong yang digelar Pemkot Depok, mengatakan Indonesia mempunyai angka prevalensi obesitas dalam satu tahun terus meningkat tiga persen. Indonesia sempat berada di angka 11,7 persen masyarakat obesitas, kini menjadi 15,4 persen.

"Kalau tak disetop 10 tahun kedepan bisa jadi 25 persen. Itu penyakit. Ini akibat peningkatan asupan orang Indonesia terhadap beras dan tepung," ucap Tati menjelaskan.

Program ODNR di Depok, tuturnya, mendukung bahwa strategi karbohidrat tak hanya tepung terigu dan beras. Apalagi, masyarakat Indonesia dirancang dengan enzim pencerna gluten yang lebih rendah dibanding orang asing. Apalagi PH darah yang netral dapat menjadi asam jika mengonsumsi nasi terlampau banyak.

"Tepung terigu itu tidak baik untuk pencernaan, jika terlalu banyak bisa menyebabkan hiperaktif atau anak autis. Nasi PH=nya asam sedangkan PH darah netral 7,35. Kalau nasi berlebihan PH darah menjadi asam sehingga memicu yang lain," ujar Tati menjelaskan.

Dia mengimbau masyarakat sebaiknya lebih memilih jagung sebagai penggangti beras. "Jagung PHnya netral. Konsumsi jagung itu baik. Enggak ada bedanya nasi dengan jagung dalam hal kandungan gizi," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement