Kamis 10 Dec 2015 23:01 WIB

Susahnya Menjadi Penderita Tuberculosis

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Ilham
Penyakit TBC (ilustrasi).
Foto: gsahs.nsw.gov.au
Penyakit TBC (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Penyakit Turb‎erculosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang sangat menyeramkan. Bukan hanya karena penyakit ini bisa menyerang paru-paru, penyakit TB juga mengharuskan kita jauh dari orang lain. Pasalnya penyakit ini mudah tersebar termasuk melalui udara.

Salah satu mantan pengidap TB yang saat ini telah sembuh total adalah ‎ Hamdana. Wanita 45 tahun ini mengaku mengidap penyakit TB selama dua tahun. Hamdana tidak tahu darimana awal mula penyakit TB bisa hinggap dalam tubuhnya. Dia tiba-tiba sering batuk berdahak.

Melakukan pengecekan ke sebuah klinik kesehatan, Hamdana awalnya tidak pernah didiagnosis penyakit ini. Sebulan sekali selama empat bulan, Hamdana terus melakukan cek kesehatan. 

"Saya cek ke dokter dan beli obatnya habis belasan juta. Tidak disebut kena TB oleh dokter. Jadi saya ikuti saran dokter untuk cek kesehatan saja," kata Hamdana saat bercerita dalam diskusi 'Pengendalian TB di Provinsi Sulsel', Kamis (10/12).

Tak kunjung baikan setelah berganti-ganti dokter‎, Hamdana kemudian mengunjungi rumah sakit guna memeriksakan kesehatan. Dia kemudian dicek dan dinyatakan menderita penyakit TB oleh dokter yang memeriksa.

Setelah mengetahui penyakitnya cuk‎up berbahaya dan mudah menular, Hamdana kemudian sedikit 'menjauh' dari keluarga. Hamdana harus memisahkan tempat makan, cuci baju hingga tempat tidur bersama suami dan anaknya.

"‎Karena takut menular sama anak, jadi memang tempat makan seperti sendok harus dipisahkan. Sakit lagi karena hampir dua tahun saya jarang tidur dengan anak dan suami, seperti orang pisah ranjang saja," kata Hamdana.

‎Hal serupa dirasakan Ismail. Pria 41 tahun itu juga merasa sangat tersakiti dengan penyakit TB. Menurut dia, karena penyakit TB membuat dia harus jauh dari keluarga maupun tetangga disekitar rumahnya.

Di rumah saja, kata Ismail, dirinya harus menjaga jarak dengan anak dan istri. Ditakutkan keduanya bisa terlular dan menderita hal serupa Ismail. "Saya tidak ingin menderita lagi penyakit ini. Bukan hanya menyiksa badan, tapi batin juga," kata Ismail.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement