REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek normalisasi sungai Ciliwung ditargetkan rampung pada akhir 2016. Namun proyek itu diprediksi molor akibat masalah pembebasan lahan pada aliran Ciliwung dari Kalibata, Condet hingga TB Simatupang.
Hingga kini, lebih dari seratus pondasi tiang beton masih bersandar di pinggir sungai Ciliwung, tepatnya di belakang Rindam Jaya, Condet guna menunggu digunakan.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Teuku Iskandar mengatakan, pembangunan turap atau pagar beton di pinggir sungai tetap berjalan. Meski begitu, ia mengakui memang ada kendala pembebasan lahan di Condet. Sehingga ia baru membangun turap di lahan yang dimiliki instansi pemerintah seperti Rindam Jaya dan TPU. Sedangkan untuk lahan yang dimiliki warga, belum ada pembangunan.
"Proyek tetap jalan, pembangunannya kan ada di dekat Rindam. Tetap ada kegiatan pembangunan meski terkendala lahan," katanya kepada Republika.co.id, Kamis (10/12).
(Baca: Setya Novanto Diduga Cari Celah Pembelaan)
Iskandar menyatakan wewenang pembebasan lahan jatuh kepada pemerintah sebagai lembaga eksekutif. Jadi, ia mengaku hanya berkoordinasi dengan pemerintah supaya pembebasam lahan bisa segera terealisasi. Ia mengatakan dalam pembebasan lahan, warga wajib memperoleh penggantinya berupa rumah susun (rusun). Ia menyayangkan belum ada pembangunan rusun jika nantinya warga Condet jadi direlokasi. Ia mencontohkan warga Kampung Pulo yang memperoleh rusun usai digusur.
"Seharusnya ada rusun sebelum terjadi penggusuran. Tapi rusunnya belum dibangun tuh sampai sekarang," ujarnya.
Berdasarkan pantauan, sejumlah pekerja proyek masih berada di lokasi pembangunan. Beberapa alat berat seperti traktor dan crane masih terpajang di sisi Ciliwung menunggu dipergunakan. Senada dengan itu, lebih dari seratus tiang beton juga teronggok menanti dimanfaatkan.
Sejak dimulainya proyek pada 2013, belum ada perkembangan berarti. Sebab yang baru terealisasi adalah pengerukan sungai, pematokan sepanjang bibir sungai dengan beton. Belum ada tanda-tanda pemasangan turap sampai saat ini.
Diketahui, paket pertama yaitu normalisasi mulai dari Jembatan Casablanka-Kampung Melayu memerlukan pembebasan tanah paling banyak yaitu 18 hektare, paket kedua (Kampung Melayu-Jembatan Kalibata) dan paket ketiga (Jembatan Kalibata-Eretan Condet) masing-masing membutuhkan 16 hektare serta Paket IV (Eretan Condet-TB Simatupang) butuh 15 hektare.
Kali Ciliwung sebagai salah satu dari 13 sungai yang melintas di kawasan Jakarta, seringkali meluap sehingga mengakibatkan banjir. Tak pelak, normalisasi diharapkan jadi solusi jitu mengentaskan banjir.