REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jawa Barat (Jabar) sudah mengubah mekanisme pembebasan lahan.
Sehingga masyarakat tidak kemudian menjadi pesuruh di perusahaan. Lahan masyarakat yang diperlukan oleh perusahaan akan diberlakukan sistem investasi.
Menurut Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, Undang-Undang tentang pembebasan lahan memungkinkan masyarakat tidak perlu menjual lahannya. Tapi, masyarakat menjadi pemilik saham untuk perusahaan. Dengan sistem seperti ini, ia yakin bisa meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat.
"Terlebih lagi masyarakat tidak akan menjadi babu di perusahaan yang membeli lahannya," ujar Heryawan, Senin petang (7/11).
Menurut Heryawan, dengan sistem investasi itu, masyarakat akan memiliki penghasilan tiap bulannya tanpa harus bekerja di perusahaan tersebut.
"Kami harap dengan sistem ini bisa berjalan baik dan tidak ada lagi masyarakat yang menjadi babu setelah lahannya di jual," katanya.
Heryawan mengatakan, Pemprov Jabar, mempertahankan jumlah lahan pertanian di semua daerah. Ini dilakukan, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi.
“Kamin mempertahankan lahan yang ada. Jika memungkinkan kita menambah lahan," katanya.
Lahan pertanian yang ada, kata dia, jangan sampai berubah fungsi. Bahkan, Pemprov Jabar berharap bisa menambah lahan yang baru. Saat ini, Pemprov Jabar, sudah berusaha menambah lahan baru di kawasan selatan sekitar 1.000 sampai 2.000 hektar.
Langkah lain yang dilakukan untuk menggenjot produksi beras, kata dia, pihaknya melakukan intensifikasi dengan cara menambah bobot produktifitas padi. Yakni, dari semula hanya bisa memproduksi 5,9 ton per hektare menjadi 8 ton per hektar melalui pemupukan, pengairan, dan perawatan yang baik.
"Cara lain dengan intensifikasi dalam bentuk indeks panen ditambah," katanya.
Indeks panen ini, kata dia, di Jabar dibagi dua. Yakni, kawasan tengah selatan dan utara. "Jumlah sawah di selatan itu 20 persen tapi uniknya indeks panennya 2,8 kali setiap tahun," katanya.
Sementara di utara, kata dia, lahan pertanian 80 persen tapi indeks panennya 1,8 kali per tahun. Oleh karena itu ke depan, cara lain meningkatkan kapasitas produksi Jawa Barat supaya tetap paling tinggi dan paling banyak. Bahkan, bisa meningkat.
Maka, di kawasan utara ditingkatkan intensitas atau indeks panennya. Cara tersebut, bisa dilakukan melalui perbaikan irigasi.
Mulai akhir tahun 2014 hingga 2015 ini, kata dia, perbaikan irigasi telah dilakukan secara signifikan. Sehingga, Ia berharap tahun depan ada peningkatan lebih tinggi lagi dari hasil produksi padi di Jawa Barat.
"Untuk musim tanam 2015-2016, Kementerian Pertanian RI memberikan target produksi gabah kering padi kepada kami sebesar 12,068 juta ton. Jadi, pelbagai langkah itu harus dilakukan," katanya.