Febriani juga merasa gelisah dan waspada jika mobil aparat melintas. Ditakutkan, ada razia yang menjaring pencari nafkah di jalanan seperti dirinya.
Febriani adalah seorang ibu beranak satu. Demi anak semata wayangnya, Sandi (2), ia dan suaminya, Dimas (20), mencari nafkah dengan menjadi badut di jalanan sejak enam bulan lalu.
Mulanya, orang tua Febriani tak rela putri cantiknya menjadi badut. Sebab sebelumnya, perempuan kelahiran Bogor itu bekerja sebagai penjaga konter ponsel di sebuah mal, sementara suaminya adalah buruh pabrik.
Diakui Febriani, pendapatan keduanya saat itu belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga kecilnya. Gadis yang hanya lulus SMP itu memerinci, dulu ia mendapat gaji bulanan Rp 800 ribu dan honor harian Rp 20 ribu.
"Makanya beralih jadi badut. Habis mau bagaimana lagi," katanya.
Penghasilan menjadi badut dirasa cukup, meski berfluktuasi sesuai cuaca dan hal lain. Rata-rata, dari tingkat terendah hingga tertinggi, per hari Febriani bisa mendapatkan Rp 40 ribu sampai Rp 200 ribu, yang sebagian dibagi dengan pemilik kostum yang mereka sebut 'bos badut'.