REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buruknya angkutan umum di Jakarta sudah tidak terbantahkan lagi.
Namun kecelakaan yang melibatkan Metromini dan Commuter Line yang menewaskan sekitar 18 orang menjadi klimaks buruknya pengelolaan transportasi umum di Jakarta.
"Ini bukti yang paling telanjang bahwa transportasi umum di Jakarta sudah rusak dari sisi hulu hingga hilir," kata Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, Senin (7/12).
Dengan kondisi yang demikian, hak konsumen sebagai pengguna transportasi umum seolah menjadi mimpi di siang bolong.
"Boro-boro untuk mendapatkan kenyamanan, keamanan dan keselamatannya pun tercampak di tong sampah," ujarnya.
Tragisnya hal ini sudah merembet ke Transjakarta yang beberapa hari lalu juga nyaris bernasib sama dengan Metromini.
Saat kampanye bersama Jokowi, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjadikan isu pembenahan angkutan umum.
Namun tampaknya hal itu belum ada hasilnya. Wajah angkutan umum di Jakarta kian merosot performanya. Kepeminatan masyarakat untuk menggunakan angkutan umum makin tergerus pula, kurang dari 11 persen dari total perjalanan di Jakarta.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ahad (6/12) sekitar pukul 08.30 WIB telah terjadi kecelakaan Kereta Api Commuter Line Stasiun kota - Satsiun Duri dengan Metro Mini B 80 jurusan Kalideres - Jembatan Lima Nomor Polisi B 7760 FD.
Metro Mini dengan kecepatan tinggi datang dari arah Jembatan Lima menuju Kalideres. Palang pintu kereta api sudah dalam keadaan tertutup namun karena masih dalam kecepatan tinggi dan kejar-kejaran dengan Metro Mini lainnya, sang sopir, Andi, tidak bisa mengendalikan Metro Mini sehingga pintu palang yang sudah tertutup diterobos. Pada saat yang bersamaan Commuter Line dari arah Kota menuju Angke langsung menabrak Metro Mini tersebut sehingga terseret sampai Stasiun Kereta Api Angke kurang lebih 200 meter.