Ahad 06 Dec 2015 12:15 WIB

Museum Geding Kirtya Miliki 1.757 Koleksi Lontar

Salah satu contoh Mushaf Alquran kuno dari daun lontar
Foto: Agung Supriyanto/ Republika
Salah satu contoh Mushaf Alquran kuno dari daun lontar

REPUBLIKA.CO.ID, SINGARAJA --Museum Gedong Kirtya Kabupaten Buleleng, Bali memiliki 1.757 koleksi lontar bernilai sejarah. Lontar tersebut berasal dari berbagai daerah di Pulau Dewata dan sangat diminati kalangan wisatawan domestik dan mancanegara.

"Selain lontar asli, museum teks tertua di Pulau Dewata itu juga memiliki salinan lontar sebanyak 4.867 buah. Dari jumlah itu yang belum disalin mencapai 3.110 buah," kata Kepala UPTD Gedong Kirtya, Putu Gede Wiriasa di Singaraja, Ahad (6/12).

Ia menjelaskan, pengunjung maupun peneliti yang berkunjung lebih membutuhkan lontarnya daripada salinannya. Begitu pula wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ingin melihat koleksi lontar yang tersimpan. "Dari jumlah ini berapa yang harus kami salin menjadi lontar masih kurang banyak. Tamu asing juga mereka biasanya ke sini ingin lihat lontarnya," ujarnya.

Selain itu, ia memaparkan, setiap tahun Gedong Kirtya menerbitkan buku-buku dari kumpulan lontar. Kini museum tersebut telah menerbitkan 27 judul buku selama delapan tahun terakhir. Tahun ini ada empat judul buku yang diterbitkan.

Beberapa lontar yang disalin menjadi buku seperti usada, pawecakan banten dalam upacara-upacara. Dari salinan itu kemudian jadilah sebuah buku tentang banten. 

"Tahun depan belum kita prediksi apa-apa yang akan kita cetak, kita lihat dulu anggarannya. Karena mencetak buku itu kan perlu anggaran, berapa nanti anggarannya nanti harus disesuaikan," ujarnya. 

Lebih lanjut, ia memaparkan, keinginan pengelola museum untuk memiliki ruangan kedap suara dan kedap udara sebagai tempat penyimpan lontar masih belum dapat terpenuhi. Ruangan ini diperlukan agar lontar yang tersimpan tidak mudah rusak karena keteraturan suhu.

Gede Wiriasa mengatakakatakan, belum terpenuhinya kekurangan museum lontar tersebut karena terbatasnya anggaran yang dikucurkan kepada pengelola. "Kalau dicari ruangan lontar harus betul-betul ruangannya kedap suara, dari suhunya kita atur bagus sebenarnya, karena mengingat dari segi pendanaan masih kurang masih belum bisa," ujarnya.

Museum lontar ini terdiri dari lima bangunan. Setiap bangunan memiliki fungsi masing-masing. Di antaranya, gedung pertama untuk lontar dan buku-buku, kedua untuk salinan, ketiga untuk TU, kempat ruang pameran dan kelima untuk ruang perbaikan lontar. Gedong Kirtya merupakan satu-satunya museum lontar di Bali. Museum ini dibangun sejak 1928 oleh cendekiawan asal Belanda.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement