Rabu 02 Dec 2015 16:18 WIB

Petani Majalengka Enggan Ikut Asuransi Pertanian

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Friska Yolanda
Petani
Foto: Tahta/Republika
Petani

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Para petani di Kabupaten Majalengka enggan mengikuti program asuransi lahan pertanian dari Kementerian Pertanian. Mereka menilai program itu tak banyak membantu.

Keengganan para petani itu seperti yang disampaikan petani di Kelurahan Simpeureum dan Cicenang serta Desa Tonjong, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka. Meski mengaku belum mengetahui adanya program asuransi lahan pertanian, tapi mereka langsung menolaknya saat mengetahui persyaratan yang harus dipenuhi.

"Ah rugilah. Kami harus bayar uang premi tapi nanti tidak bisa mengajukan klaim asuransi bila syaratnya harus seperti itu," ujar seorang petani di Kelurahan Cicenang, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Jejep, Rabu (2/12).

Adapun persyaratan itu di antaranya, klaim asuransi hanya bisa dibayarkan untuk lahan pertanian dengan tingkat kegagalan panen mencapai 75 persen. Padahal, selama ini tingkat kerusakan atau gagal panen yang dialami petani rata-rata dibawah 75 persen.

Syarat lainnya, tanaman padi yang bisa diasuransikan hanya pada musim tanam rendeng (penghujan) atau tanam kesatu. Sedangkan, tingkat kegagalan panen yang dialami petani hampir rata-rata di musim tanam (MT) dua atau tiga. 

Hal senada diungkapkan petani lainnya, Ujang. Dia pun menolak mengikuti program asuransi karena menilai hanya membuang uang. 

"Daripada buat bayar premi asuransi, mending buat nambah beli obat-obatan pertanian," tutur Ujang.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka, Abdul Gani menjelaskan, Kabupaten Majalengka mendapat jatah program asuransi tersebut untuk seluas 8.000 hektare. Lahan yang bisa memperoleh asuransi itu harus memenuhi sejumlah kualifikasi teknis. 

Mengenai keengganan petani untuk mengikuti program asuransi pertanian, Gani menduga, petani menganggap program itu sifatnya spekulasi. Selain itu, petani menilai sulitnya persyaratan yang harus dipenuhi. 

"Premi yang harus dibayar petani hanya Rp 35 ribu, tapi tetap kurang diminati." terang Gani.

Gani menilai, program asuransi lahan pertanian akan sangat diminati petani jika digulirkan pada MT dua atau ke tiga. Pasalnya, tingkat kegagalan panen pada masa itu biasanya sangat tinggi karena kurangnya pengairan.

Gani pun berharap, program asuransi bisa ditinjau ulang. Dia meminta agar persyaratan teknis dalam program itu lebih disederhanakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement