Rabu 02 Dec 2015 14:34 WIB

Sebaran Kasus HIV-AIDS di Denpasar Terbesar

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
AIDS
AIDS

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sepanjang medio 1987 hingga Oktober 2015, jumlah penemuan kasus HIV-AIDS di Bali mencapai 12.727 orang atau 7.058 orang mengidap HIV, sementara 5.669 orang AIDS.

Kota Denpasar tercatat sebagai penyumbang utama kasus HIV-AIDS di Provinsi Bali, mencapai 39 persen atau 4.976 orang.

Berikutnya adalah Kabupaten Buleleng 17,3 persen sebanyak 2.203 orang, Badung 15,7 persen sebanyak 1.998 orang, Gianyar 7,4 persen atau 947 orang, Tabanan 6,1 persen atau atau 774 orang, dan Karangasem 3,7 persen atau 468 orang.

Kabupaten Klungkung menyumbang 2,2 persen atau 277 orang, Bangli 1,9 persen atau 236 orang, dan sisanya dari luar Bali 1,5 persen atau 195 orang.

Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS Bali, I Ketut Sudikerta mengatakan kasus terbanyak menyasar masyarakat usia produktif, 15-49 tahun.

Mereka berasal dari kalangan siswa SMP, SMP, serta angkatan kerja swasta dan pegawai negeri sipil (PNS), bahkan TNI dan Polri.

"Cara penularan terbanyak adalah melalui hubungan seksual sembarangan, penggunaan jarum suntik dan alat bedah yang tercemar HIV," ujar Sudikerta di Denpasar, Rabu (2/12).

Penularan HIV-AIDS dari ibu ke bayi, kata wakil Gubernur Bali ini juga meningkat terutama di wilayah pedesaan. Ia berharap para kader peduli AIDS mampu menyosialisasikan informasi tentang penyakit ini , dari segi penularan hingga pencegahan.

Bagi pengidap HIV-AIDS, Sudikerta meminta segera direhabilitasi dan intensif menerapkan pola hidup sehat. Caranya melalui penggunaan jarum suntik steril, penggunaan kondom, minum obat anti retroviral (ARV) bagi mereka yang sudah terjangkit.

Pejabat Wali Kota Denpasar, Anak Agung Gde Geriya mengatakan pihaknya terus melakukan sosialisasi untuk menekan perkembangan AIDS di Denpasar. Kader peduli AIDS dilibatkan bersama seluruh komponen masyarakat, termasuk LSM dan lembaga lain.

"Masyarakat perlu sadar dalam menjaga kesehatan dan kelangsungan hidupnya," ujar Geriya.

Banyaknya penderita usia produktif akibat berkembangnya tren pergaulan bebas di kalangan remaja. Seks bebas dan berganti pasangan kerap dilakukan. Generasi muda diimbau lebih mawas diri tentang dampak perilaku tidak sehat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement