REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pembelian 12 helikopter jenis AgustaWestland (AW) 101 untuk kendaraan VVIP, menuai pro dan kontra.
Anggota Komisi I DPR RI, Syaifullah Tamliha mengatakan banyak hal yang perlu dipertimbangkan, sebelum memutuskan membeli helikopter produksi Eropa itu.
"Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) perlu mempertimbangkan beberapa hal, terutama dampaknya pada 10 hingga 20 tahun mendatang," ujarnya.
Politikus PPP itu melanjutkan, misalnya perusahaan helikopter patungan Inggris dan Italia tersebut bangkrut. Hal ini dikhawatirkan Indonesia akan kesulitan mencari suku cadang (sparepart) bagi helikopter yang sudah dibeli, seperti yang terjadi pada pesawat Hercules.
"Kalau sparepartnya sulit dicari nanti terpaksa pakai sparepart tiruan yang kualitasnya tak sebaik aslinya. Kita harus belajar dari pesawat Hercules yang pabriknya tutup sehingga terpaksa pakai sparepart KW I," katanya.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu pesawat Hercules mengalami kecelakaan di Medan. Diduga pesawat yang terjadi karena memakai sparepart KW I. Akibatnya pesawat tak laik terbang dan jatuh di Medan.
"Ini harus menjadi pelajaran berharga dan menjadi pertimbangan," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, TNI berencana membeli 12 helikopter VVIP jenis AgustaWestland AW101. Helikopter tersebut merupakan helikopter angkut menengah antikapal selam yang dapat digunakan untuk kepentingan militer dan sipil.
Helikopter AgustaWestland AW101 dikembangkan oleh perusahaan patungan Westland Helicopters asal Inggris dan Agusta asal Italia.