Selasa 01 Dec 2015 20:16 WIB

Limbah Rumah Tangga Penyumbang Terbesar Kerusakan di Pantai Ancol

Rep: c33/ Red: Andi Nur Aminah
 Anggota Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mengambil sampel untuk meneliti kematian puluhan ribu ikan mati di sepanjang Pantai Ancol, Jakarta Utara, Selasa (1/12).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Anggota Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mengambil sampel untuk meneliti kematian puluhan ribu ikan mati di sepanjang Pantai Ancol, Jakarta Utara, Selasa (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan limbah detergen rumah tangga menjadi penyebab tertinggi kerusakan air di pantai Ancol. Hingga kini, ada dua dugaan awal penyebab kematian ikan di pantai Ancol. Yaitu populasi alga merah meningkat tajam dan perubahan suhu yang cepat.

Peneliti toksikologi perairan Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan Husnah mengatakan ingin melihat aliran air yang mungkin saja menimbulkan tewasnya ribuan ikan. Ia merasa faktor limbah deterjen warga menyumbang kerusakan terbesar dibanding limbah industri. Sebab, limbah industri hanya menyumbang 17 persen saja dari total limbah pantai Jakarta. 

"Kita wawancara masyarakat juga untuk tahu penyebabnya. Ada tim pengumpulan data dan wawancara," katanya pada Selasa, (1/12).

Guna mengetahui penyebab kematian ikan secara komprehensif, ia mengaku akan tetap menunggu hasil uji laboratorium. Sehingga ia hanya bisa memberikan hipotesa awal saja terkait penyebab kematian ikan. 

"Parameternya ada kimia dan fisika sedang menunggu hasil laboratorium. Tapi secara fisik bisa dilihat airnya untuk tahu penyebabnya apa ada di dipinggir atau tengah laut," ujarnya.

(Baca Juga: Ikan di Laut Ancol Keracunan Sedimentasi Lumpur).

Menurutnya ada dua dugaan awal mengenai penyebab kematian ikan. Pertama dipicu meningkatnya suhu menyebabkan bertambah banyaknya tumbuhan planton jenis alga merah. Dengan meluasnya populasi alga merah tanpa batas maka bisa membuat kadar oksigen di laut menurun drastis. Sebab, alga merah juga menyerap oksigen seperti ikan.

"Data suhu dan intensitas cahaya cukup tinggi beberap waktu lalu sehingga memicu alga merah bertambah banyak. Alga butuh oksigen kalau malam jadi ledakan populasinya bisa membuat oksigen di air habis. Sehingga ikan mati karena alga menurunkan kadar oksigen," jelasnya.

Sedangkan dugaan kedua, dia mengatakan akibat perubahan suhu dengan cepat. Alhasil terjadi pengadukan air di dalam laut. Hal itu menyebabkan unsur-unsur yang tereduksi akan bebas dalam air. 

Tak pelak, unsur-unsur berbahaya yang bisa membunuh ikan pun tercampur dalam air. Meski begitu, ia mengimbau supaya masyarakat sabar menunggu hasil uji laboratorium. "Dengan munculnya unsur-unsur berbahaya dalam air itu maka bisa membunuh ikan," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement