Selasa 01 Dec 2015 20:04 WIB

Ikan di Laut Ancol Keracunan Sedimentasi Lumpur

Rep: c18/ Red: Andi Nur Aminah
Anggota Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mengambil sampel untuk meneliti kematian puluhan ribu ikan mati di sepanjang Pantai Ancol, Jakarta Utara, Selasa (1/12).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Anggota Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mengambil sampel untuk meneliti kematian puluhan ribu ikan mati di sepanjang Pantai Ancol, Jakarta Utara, Selasa (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekosistem laut, Dietrich Bengen menilai kematian ratusan kilogram ikan di laut Ancol bisa jadi disebabkan minimnya oksigen ditambah racun yang terkandung di perairan Ancol. Menurutnya, hal itu terjadi lantaran proses pembusukan limbah organik, seperti sisa makanan, kotoran manusia, atau limbah industri pangan yang berbentuk makanan. 

Dietrich menjelaskan oksigen sangat dibutuhkan dalam proses pembusukan tersebut. Banyaknya limbah yang mencemari lautan membuat ikan harus mati lantaran kalah berebut oksigen dengan limbah yang tengah menjalani proses pembusukan.

"Kalaupun oksigen tidak ada, pembusukan bisa terus terjadi menggunakan energi kimiawi. Nah energi kimiwai inilah yang mengeluarkan zat racun ke air," jelas Dietrich, Selasa (1/12).

Pengelolaan limbah secara terpadu dan administratif antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, Jawa Barat serta Banten dinilai bisa mengurangi peristiwa serupa. Dietrich menjelaskan, pengelolan 13 hulu sungai harus dikelola berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS). "Bukan hanya mengatasi limbah tapi juga banjir. Itu salah satu cara yang paling efektif," kata Dietrich.

(Baca Juga: Minim Oksigen, Ribuan Ikan di Teluk Jakarta Mati).

Sementara Kepala Dinas Perikanan, Kelautan dan Ketahanan Pangan DKI Jakarta, Darjamun menduga kematian ratusan kilogram ikan itu disebabkan proses 'upwelling'. Dia mengatakan proses penyesuaian suhu tersebut membuat racun yang berada di dasar laut naik ke permukaan.

"Hujan yang lebat menurunkan suhu permukaan. Hal itu membuat suhu bawah laut yang lebih tinggi naik ke atas bersamaan dengan zat sulfur dan zak racun lainnya," jelas Darjamun.

Darjamun mengatakan racun yang naik dari dasar laut tersebut berasal dari sedimentasi atau lumpur yang telah lama mengendap.  Lumpur tersebut bisa jadi terakumulasi berbagi macam zat.

Untuk memastikan kandungan zat dalam lumpur tersebut Dinas Perikanan, Kelautan dan Ketahanan Pangan DKI telah mengambil sampel lumpur untuk ditelti di laboratorium. "Mungkin dua sampai tiga hari lagi baru terlihat hasilnya," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement