Senin 30 Nov 2015 20:28 WIB

Masyarakat DIY juga tak Setuju Subsidi Listrik Dicabut

Rep: C97/ Red: Maman Sudiaman
Warga melakukan isi ulang pulsa listrik di salah satu perumahan, Jakarta, Senin (30/11).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Warga melakukan isi ulang pulsa listrik di salah satu perumahan, Jakarta, Senin (30/11).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Rencana pencabutan subsidi listrik 1.300 sampai 2.200 watt rupanya mendapatkan respons negatif dari masyarakat DIY. Alasannya kebijakan tersebut dianggap akan membebani kegiatan usaha yang bisa berdampak pada peningkatan harga-harga bahan pokok.

Penolakan pencabutan subsidi misalnya disampaikan warga Kota Gede, Bantul, DIY, Tri Darmiyati (28 tahun). Ia menegaskan tidak setuju dengan kebijakan pemerintah tersebut, jika diberlakukan secara menyeluruh tanpa pandang bulu. "Kalaupun mau diberlakukan harus ada pengecualian bagi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)," katanya pada Republika, Senin (30/11).

Ia setuju jika pencabutan tersebut dilakukan bagi konsumsi rumah tangga atau pribadi. Sebab para pengguna listrik pribadi dengan tegangan tinggi tersebut pastinya merupakan orang-orang menengah ke atas yang memiliki kemampuan finansial di atas rata-rata.

Tapi jika subsidi tersebut dicabut bagi UMKM tentunya akan meningkatkan beban produksi para pelaku usaha. Akibatnya nanti semua harga barang kebutuhan sehari-hari bisa naik. Hal ini bisa melemahkan daya ekonomi masyarakat. "Nanti dampaknya merembet, barang-barang jadi mahal. Apalagi kalau diberlakukan di kalangan menengah, kan bisa terjadi rawan kemiskinan," ujar Tri.

Ia sendiri mengaku tidak setuju dengan wacana pencabutan subsidi listrik dibawah 1.000 watt. Sebab menurutnya pengguna listrik dengan ukuran voltase tersebut umumnya merupakan masyarakat menengah ke bawah yang cukup rentan dengan kemiskinan.

"Kalau begitu nanti kondisinya akan sangat mengkhawatirkan. Terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah," kata Terban, warga lainnya. (Baca juga: UMPKM Tolak Kenaikan Tarif Listrik).

Ia mengatakan, secara langsung mungkin akan banyak masyarakat yang tidak merasakan beratnya dampak pencabutan listrik tersebut. Namun lambat laun efek domino dari kebijakan itu akan dirasakan oleh berbagai pihak. Di mana biaya produksi usaha menjadi mahal, lalu harga berbagai komoditas pun akan merangkak naik.

"Kalau semua harga sudah pada naik, nanti angka kemiskinan juga bisa naik," ujarnya. Maka itu ia berharap agar pemerintah tidak benar-benar memberlakukan pencabutan subsidi listrik. Namun Hera mengatakan, jika pencabutan tersebut dilakukan secara bertahap mungkin masyarakat bisa sedikit lebih menerima. (C97)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement