REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Wakil Ketua Umum Golkar dari kepengurusan Munas Ancol, Priyo Budi Santoso sudah pasrah dengan sejumlah peristiwa beruntun yang berefek besar kepada partai. Apalagi beberapa pimpinan tertinggi yang berasal dari Partai Golkar ternyata diindikasikan melakukan tindakan tercela seperti yang terjadi pada Ketua DPR, Setya Novanto.
Saat ini, Priyo mengatakan, Partai Golkar memutuskan menyerahkan kasus dugaan pelanggaran etik yang dilakukan Ketua DPR RI, Setya Novanto (Setnov) kepada Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).
Ia menuturkan, Partai Golkar menunggu pembuktian rekaman dugaan pencatutan nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dilaporkan oleh Menteri ESDM Sudirman Said beberapa waktu yang lalu.
"Tapi kalau saya lihat rekamannya memang mengerikan itu, tidak bisa mengelak kita," katanya saat berada di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar), Ahad (29/11).
Priyo mengakui kerap berkomunikasi dengan Setya Novanto. Namun, politikus senior dari partai berlambang pohon beringin itu enggan mengomentari suara dalam rekaman tersebut merupakan Setya Novanto.
"Tapi kalau rekaman tersebut isinya seperti itu, memilukan betul itu," ujarnya.
Priyo membantah Partai Golkar mencoba melindungi Setya Novanto sengan mengganti sejumlah anggota MKD. Menurutnya, pergantian tersebut merupakan hal biasa, seperti partai-partai lainnya.
"Karena begini, setiap ada perhelatan yang mendapat perhatian publik, pasti partai-partai mengirim orang-orang terbaik. Golkar juga mengirimkan pilihannya, partai lain juga melakukan yang sama," tuturnya menjelaskan.