Kamis 26 Nov 2015 05:14 WIB

Soal Pelesetkan 'Sampurasun', Ini Jawaban Habib Rizieq

Rep: c15/ Red: Hazliansyah
Ketua Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq angkat bicara soal polemik dirinya yang mempelesetkan salam Sunda "Sampurasun" menjadi "campur racun" dalam Tablig Akbar beberapa waktu lalu di Purwakarta.

Ia mengatakan, bahwa pelestarian budaya boleh boleh saja dilakukan, tetapi bukan berarti menjadikan budaya sebagai racun untuk menjauhkan umat dari nilai nilai keislaman.

Rizieq mengatakan, bahwa ucapan Sampurasun yang dibudayakan oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sah-sah saja dilakukan. Hal tersebut sama halnya dengan ucapan selamat pagi, selamat malam, dan ucapan salam lainnya. Namun, Rizieq menentang jika pelestarian budaya tersebut malah menjauhkan umat dari nilai nilai keislaman.

"Tentu kita setuju, bahwasanya Dedi Mulyadi memang bukan sedang memasyarakatkan kesantunan salam Sunda 'Sampurasun', tapi dia memang sedang merusak umat Islam Purwakarta dengan 'Campur Racun', yaitu meracuni aqidah umat dengan aneka perbuatan 'Syirik'," ujar Rizieq melalui laman pribadinya, Rabu (25/11).

Masalah yang dianggap oleh Rizieq bukan persoalan pelestarian budaya. Tetapi Rizieq mengkirtisi sikap Dedi yang malah meminggirkan Assalamualaikum sebagai sapaan yang Islami. Apalagi, menurut Rizieq hal ini didukung oleh kebijakan yang ditelurkan oleh Dedi yang dinilai Rizieq menjauhkan umat dari nilai islami.

(baca: Aliansi Sunda Resmi Polisikan Habib Rizieq)

Dedi membuat Perbup (Peraturan Bupati) tentang larangan ceramah provokatif yang menentang kebijakannya. Dedi juga menganjurkan agar siapa yang mau selamat lewat di jalan Tol Cipularang agar menyebut nama Prabu Siliwangi. Dan beberapa tahun lalu, Dedi juga pernah menyatakan bahwa suara seruling bambu lebih merdu daripada membaca Al-Qur'an.

Hal inilah yang dinilai Rizieq tak memenuhi standar keislaman. Ia mengatakan jika memang hendak memurnikan dan mengembalikan kelestarian budaya bukan berarti meminggirkan nilai Islami dan membuat masyarakat menjadi lebih jauh dari nilai keislaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement