Rabu 25 Nov 2015 21:43 WIB

Menko Maritim: Indonesia Kaya tapi Banyak Tikusnya

Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Manusia, Rizal Ramli memberikan sambutannya dalam Centre of Reform on Economics (CORE) Economic Outlook Indonesia 2016 di Jakrta, Rabu (18/11).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Manusia, Rizal Ramli memberikan sambutannya dalam Centre of Reform on Economics (CORE) Economic Outlook Indonesia 2016 di Jakrta, Rabu (18/11).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli Indonesia mengatakan sangat kaya sumber daya alam tapi banyak "tikus-tikus" yang berusaha menggerogotinya.

"Bahkan negara asing pun ada berupaya 'mengakali' untuk memperoleh keuntungan di Indonesia," kata Rizal Ramli, di Jakarta, Rabu.

Menurut Rizal, kondisi saat ini sudah melenceng dari amanat pendiri negara yang dituangkan dalam konstitusi, yakni kekayaan alam Indonesia dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.

Namun, realitasnya saat ini sumbersaya alam Indonesia dieksplorasi secara besar-besaran tapi masih banyak rakyat yang hidup miskin.

Untuk memperjuangkan perubahan agar rakyat rakyat Indonesia lebih sejahtera, menurut dia, penuh tantangan dan resiko. "Tantangan itu harus dihadapi, sedangkan resiko saya serahkan pada Allah SWT," katanya.

Menurut Rizal, tantangan yang dihadapinya adakah membersihkan "tikus-tikus" agar kekayaan alam Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal untuk rakyat.

Rizal melihat, dari waktu ke waktu sering terjadi kegaduhan yakni saling berebut kekuasaan, konsesi, atau mencari kekayaan.

"Kegaduhan harus dilawan dengan kegaduhan. Kegaduhan hitam yang tidak baik, harus dilawan dengan kegaduhan putih," katanya.

Ia menegaskan, kegaduhan putih sasarannya baik untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Ketika ditanya, apakah kegaduhan itu juga termasuk persoalan pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden terkait dengan rencana perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia (PTFI), Rizal mengatakan, kegaduhan sering terjadi dari waktu ke waktu.

Persoalan rencana perpanjangan kontrak PTFI, kalau tidak menjadi gaduh mungkin sudah diperpanjang pada Oktober 2015. "Karena menjadi gaduh, maka rencana perpanjangan kontrak PTFI harus dievaluasi lagi," katanya.

Dalam konteks tersebut, Rizal Ramli memuji Presiden Joko Widodo yang dinilainya "clear" dan bebas dari kepentingan kelompok. Rizal menegaskan, Presiden Joko Widodo meminta rencana perpanjangan kontrak PT FI dievaluasi lagi.

Menurut dia, Presiden juga menetapkan lima syarat kepada PT FI yakni, membangun smelter, membangun amdal dan mengelola limbah, memberikan divestasi, serta melakukan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) yang baik.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement