Selasa 24 Nov 2015 11:56 WIB

'90 Persen Bencana Alam karena Perubahan Cuaca'

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Damanhuri Zuhri
Jalur rawan longsor.   (ilustrasi)
Foto: Antara/Ampelsa
Jalur rawan longsor. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebuah laporan terbaru PBB menyebutkan, 90 persen bencana dalam 20 tahun terakhir disebabkan perubahan cuaca, Selasa (23/11). Termasuk banjir, badai, gelombang panas dan kejadian lainnya terkait cuaca.

Laporan berjudul “The Human Cost of Weather-related Disasters 1995-2015” itu dirilis Senin oleh Kantor PBB untuk Pengurangan Resiko Bencana dan Pusat Penelitian Epidemiologi Bencana Catholic University of Louvain di Belgia.

Laporan tersebut mengatakan bencana banjir sendiri meraup 47 persen dari keseluruhan porsi. Ini berimbas pada 2,9 juta orang yang 95 persen diantaranya berada di Asia.

Selain itu, bencana semacam ini terbilang menjadi lebih sering terjadi. Sementara siklon, topan dan badai frekuensinya menurun namun tetap menjadi bencana paling mematikan yang menewaskan 242 ribu orang dalam 21 tahun terakhir.

Badan PBB untuk anak-anak, UNICEF mengatakan perubahan cuaca juga dinilai mengancam anak-anak. Sekitar 530 juta anak-anak hidup di area yang rawan banjir, terutama di Asia. Termasuk 300 juta anak di negara dengan populasi miskin.

Sekitar 160 juta anak hidup dalam keadaan menderita kekeringan para, sebagian besar di Afrika. Lebih dari 115 juta anak juga hidup di wilayah dengan resiko siklon tropis tinggi.

Kondisi yang tidak ramah ini mengancam anak-anak dengan meningkatkan malnutrisi dan penyebaran penyakit seperti malaria, diare, demam berdarah dan lainnya.

"Anak-anak sudah merasakan efek dari perubahan iklim, sehingga kita harus mempersiapkan dunia yang dapat diterima," kata Direktur Eksekutif UNICEF, Anthony Lake.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement