Senin 23 Nov 2015 17:24 WIB

Harga Sayuran di Banyumas Melonjak Cukup Tinggi

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pedagang menata komoditas sayuran di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Jumat (13/2).   (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang menata komoditas sayuran di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Jumat (13/2). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Harga komoditas sayuran di Kabupaten Banyumas, terus mengalami kenaikan. Kondisi ini dikeluhkan para masyarakat karena kenaikannya cukup tinggi mencapai lebih dari 100 persen.

''Setiap awal musim hujan, harga sayuran memang selalu mengalami kenaikan. Namun saat ini, kenaikannya cukup tinggi,'' jelas Yanti (55), warga Perumahan Tanjung Elok Kecamatan Purwokerto Selatan, Senin (23/11).

Beberapa pedagang sayuran di pasar-pasar tradisional, mengakui kenaikan harga berbagai sayuran yang mengalami kenaikan cukup tinggi.

''Yang mengeluh tidak sebenarnya tidak hanya konsumen. Kita sebagai pedagang juga mengeluh, karena pasokan sayur berkurang sangat banyak dibanding hari-hari biasanya,'' kata Surinah (45), pedagang sayur di Pasar Kecamatan Banyumas.

Berdasarkan informasi yang dia peroleh, berkurangnya pasokan sayuran pada para pedagang pasar, disebabkan karena sentra penghasil sayuran selama ini, memang baru memulai musim tanam. '

'Pada musim kemarau, masih ada yang menanam lahannya dengan sayuran meski pun tidak banyak. Umumnya para petani yang tinggal di dekat sumber air. Namun pada awal musim penghujan seperti sekarang ini, hampir seluruh petani baru memulai musim tanam,'' katanya.

 

Menurut dia, kenaikan harga sayuran ini, terjadi pada hampir semua jenis sayuran. Seperti kacang panjang yang pada kondisi normal hanya dijual pemasok seharga Rp 4.000 pe ikat besar, saat ini naik hingga Rp 7.500 per kg.

Demikian juga dengan harga kubis yang ketika murah hanya laku dijual seharga Rp 1.000, saat ini harganya mencapai Rp 7.000 per kg. Demikian juga harga welok yang mulanya Rp 2.000 dari pemasok, kini mencapai Rp 5.400.

''Sekarang tidak ada sayuran yang dijual di bawah Rp 5.000 per kg. Selain pada naik harganya, barang juga langka. Kubis saja, hari ini saya tidak jual karena tidak ada stok,'' katanya.

Bahkan untuk beberapa jenis sayuran yang naiknya terlalu tinggi, dia sengaja tidak menjualnya. Antara lain sayur cesim, yang naik dari Rp 2.500 menjadi Rp 8.000. ''Saya malah bisa rugi kalau beli sayuran yang harganya terlalu mahal, karena belum tentu laku terjual. Kalau sayuran tidak laku, akhirnya busuk dan dibuang ke tempat sampah,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement