Kamis 19 Nov 2015 20:22 WIB

BPBD Cilacap Pasang Pendeteksi Gerakan Tanah

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yudha Manggala P Putra
Warga berjalan di jalan desa yang rusak akibat pergerakan tanah di Kampung Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausna, Majalengka, Jawa Barat, Jumat (3/5)
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Warga berjalan di jalan desa yang rusak akibat pergerakan tanah di Kampung Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausna, Majalengka, Jawa Barat, Jumat (3/5)

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP --Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, bersiap mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana selama musim penghujan mendatang. Salah satu yang dilakukan, adalah dengan memasang alat pendeteksi dini gerakan tanah di beberapa lokasi rawan longsor.

''Terakhir, kita akan memasang deteksi longsor di Desa Pangedegan Kecamatan Majenang,'' jelas Kepala BPBD Cilacap Tri Komara Sidy, Kamis (19/11).

Dia menyebutkan, menjelang musim penghujan ini, ada tiga tempat yang dipasang alat deteksi pergerakan tanah. Selain di Desa Pengadegan, pihak BPBD juga memasang alat serupa di Desa Bantarmangu Kecamatan Cimanggu dan Desa Ujungbarang Kecamatan Majenang.

Menurutnya, alat deteksi tersebut merupakan bantuan dari pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pemasangannya juga dilakukan oleh Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah. ''Kami hanya menfasilitasi dan menunjukkan lokasi rawan longsor yang memerlukan alat deteksi dini. Yang melaksanakan, semua dari Pemprov Jateng,'' jelasnya.

Dia menyebutkan, pada tahun sebelumnya Pemkab cilacap juga sudah beberapa kali mendapat bantuan alat deteksi gerakan tanah. Dengan bantuan terakhir, berati sudah ada delapan alat deteksi yang terpasang di wilayah-wilayah rawan longsor Kabupaten Cilacap. ''Diantaranya dipasang di Dusun Dukuh Tengah, Desa Majingklak, Kecamatan Wanareja,'' jelasnya.

Meski demikian dia menyebutkan, pemasangan delapan alat deteksi dini tersebut, masih sangat kurang dibanding jumlah lokasi rawan longsor yang ada di Cilacap. Hal ini karena berdasarkan pemetaan yang pernah dilakukan pihaknya, di seluruh Kabupaten Cilacap ada 76 desa yang masuk kategori daerah rawan longsor dan gerakan tanah. ''Di 76 desa tersebut,  sedikitnya terdapat 800 KK yang tinggal,'' jelasnya.

Dari keseluruhan desa tersebut, Tri Komara menyebutkan, wilayah yang paling banyak masuk kategori rawan longsor berada di Cilacap bagian barat. Yakni, wilayah yang masuk wilayah Kecamatan Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu dan Karangpucung.

Untuk itu, dalam pemasangan delapan alat deteksi dini tersebut, pihaknya lebih memprioritaskan daerah-daerah yang paling rawan bencana longsor. Seperti yang dipasang di Desa Pengadegan Kecamatan Majenang, daerah tersebut telah terjadi retakan tanah pada Februari lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement